DPR Kritik Kualitas Tol Layang Buatan BUMN Karya yang Buruk

0

JAKARTA, Teritorial.com – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi VI Mufti Anam mengkritisi buruknya kualitas tol layang Jakarta-Cikampek yang dibangun oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk pada Senin (17/2).

Pada rapat dengar pendapat dengan PT Wijaya Karya (Persero), PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Pembangunan Perubahan (Persero) Tbk tersebut Mufti mempertanyakan perencanaan yang dilakukan oleh perusahaan pelat merah tersebut.

“Tol layang Jakarta-Cikampek kilometer 9-28 adalah tol terburuk yang pernah saya lalui, membahayakan, ada 4 sampai 5 kendaraan yang mengalami kecelakaan, kenapa bisa terjadi?” ungkap anggota dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut.

Senada, keprihatinan yang sama juga disampaikan oleh anggota dari fraksi Partai Nasdem Percha Leanpuri. Dia menyebut lintasan jalan tol trans Sumatera khususnya di daerah Lampung tak maksimal sebab dirinya menemukan perbaikan di sepanjang jal tol meski baru diresmikan tak lama.

Selain kualitas, Percha juga mempertanyakan kajian keselamatan yang dilakukan oleh Hutama Karya sebab dia menilai minimnya rambu jalan di sepanjang jalan tol membahayakan keselamatan pengguna Trans Sumatera.

“Kunjungan kerja di Lampung saya mencoba hasil kerja dari Hutama Karya, (Trans Sumatera) memang sudah beroperasi tapi banyak perbaikan. Baru operasi sudah banyak perbaikan,” kritiknya kepada Direktur Utama lima perusahaan BUMN Karya tersebut.

Di kesempatan yang sama, anggota DPR dari fraksi Gerindra Zuristyo heran dengan tingginya material baja dan besi yang diimpor oleh perusahaan-perusahaan pelat merah itu. Dia menyebut 90 persen dari bahan baku baja dan besi BUMN konstruksi diimpor dari luar.

Dia mengatakan penggunaan bahan baku industri murah dari luar mematikan perusahaan BUMN lainnya seperti PT Krakatau Steel (Persero) yang memproduksi baja.

“90 persen BUMN konstruksi impor, tidak menggunakan produksi dalam negeri sehingga Krakatau Steel terus merugi. Apakah ini bagian sesama perusahaan BUMN bersinergi?” ujarnya.

Seperti diketahui pada Januari lalu PT Krakatau Steel (Persero) Tbk melakukan restrukturisasi utang perseroan setelah perusahaan menunggak sebesar US$2,2 mliar atau setara Rp30 triliun (kurs Rp13.663 per dolar As) per kuartal III 2019.

Restrukturisasi utang terbesar yang melibatkan 10 bank nasional, bank swasta nasional dan bank swasta asing tersebut ditempuh demi menyelamatkan perseroan dari kebangkrutan. Diproyeksikan dengan proses ini utang perseroan akan lunas pada 2027.

“Proyek restrukturisasi ini akan berlangsung selama sembilan tahun, jangka panjang. Diharapkan operasi perusahaan menjadi lebih baik,” ujar Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim beberapa waktu lalu.

Share.

Comments are closed.