Begini Tanggapan Pengamat Soal Dampak Serangan Drone Terhadap Kilang Minyak Arab Saudi

0

Arab Saudi, Teritorial.Com – Serangan drone terhadap kilang milik Saudi Aramco pada akhir pekan lalu membuat produksi minyak Arab Saudi anjlok hingga 50 persen. Hal itu membuat harga minyak mentah langsung melonjak 10 dollar AS menembus level 60 dollar AS per barrel. Fenomena langka tersebut membuat Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mempertanyakan apakah harga kenaikan tersebut terus merangkak hingga level 100 dollar AS?, sejauh ini masih menjadi pertanyaan di berbagai kalangan pemerhati keamanan energi dunia.

Dianggap sebagai sebuah kenyataan buruk, akibat peristiwa itu memang bisa membuat harga minyak dunia menembus level 100 dollar AS. Namun dia menilai perisitwa itu tak akan mampu menahan harga minyak berada di level tinggi untuk waktu yang lama. Bahkan, muncul kecurigaan bahwa kecelakaan di kilang minyak Aramco memiliki unsur geopolitik untuk menjaga harga minyak tidak jatuh terlalu dalam. “Geopolitical event Aramco ini bisa memicu harga naik tembus 60 dollar AS per barrel, di jangka pendek. Tapi enggak akan lama, harga akan masuk lagi ke area 50 dollar AS per barrel-60 dollar AS per barrel untuk jangka menengah,” sebut Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono seperti dilansri Kontan.co.id, Minggu (15/9/2019).

Akibat serangan dari 10 drone tersebut, dua kilang minyak terbakar dan menyebabkan produksi minyak di Arab Saudi anjlok 5,7 juta barrel per hari atau sekitar 50 persen dari total produksi negara kaya minyak itu. Wahyu tak menampik bahwa terbakarnya kilang di Saudi Aramco bakal memberikan dampak, apalagi jika berkaitan dengan Saudi. Arab Saudi memiliki major solo produser, Aramco, dengan wilayah kilang dan jalur transportasi terpusat. Kondisi tersebut rentan terhadap ancaman dan gangguan produksi, baik teknikal maupun geopolitik oleh teroris atau perang negara lain.

Lain halnya dengan Amerika Serikat (AS) dan Rusia yang sama-sama produsen raksasa minyak. Mereka memiliki perusahaan yang relatif jamak dengan area kilang dan jalur transportasi beragam. Dari sisi harga, Wahyu menilai kenaikan harga 10 dollar AS per barrel masih wajar sebagai dampak dari terbakarnya kilang Aramco. Tentunya, dengan asumsi akan segera ada recovery dari produsen kilang minyak tersebut. Namun, jika kondisi berlarut maka ada potensi bagi harga minyak naik 10 dollar AS per barrel hingga 20 dollar AS per barrel. Bahkan, bukan tidak mungkin untuk harga minyak dunia menyentuh level 100 dollar AS per barrel, sebagai skenario terburuk. “Tapi ada kecurigaan ini permainan harga saat formal policy sudah tak mampu menekan harga. Aksi koboi ini dijalankan untuk keuntungan, bukan hanya politik tapi juga ekonomi,” sebutnya.

Wahyu optimistis dampak terbakarnya kilang minyak hanya bersifat sementara. Menurut dia, sentimen fundamental seperti supply dan demand masih menjadi penggerak utama harga minyak. Sementara itu, belum adanya kejelasan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk pemangkasan produksi membuat volume produksi minyak dunia terus bertumbuh. Wahyu berpendapat, sikap OPEC yang tidak tegas menentukan pemangkasan produksi, dinilai karena tidak ingin kehilangan pangsa pasarnya. Apalagi selain dari produksi OPEC, suplai minyak dari AS masih bisa bertambah. Ini didukung prediksi EIA bahwa produksi minyak AS bakan naik sebesar satu juta barel per hari di tahun depan.

Untuk itu, Wahyu menilai hal yang wajar jika harga minyak sulit untuk naik. Secara tidak langsung, baik OPEC maupun AS sama-sama melakukan kompetisi untuk menguasai pasar minyak dunia. Di sisi lain, suplai masih sulit dibendung sedangkan permintaan sulit untuk diangkat. Dengan kejadian kilang minyak Aramco, Wahyu merekomendasikan buy on weakness saat harga mendekati level 50 dollar AS per barrel. Untuk sepekan, pergerakan harga minyak diprediksi berada di kisaran 52 dollar AS per barrel hingga 65 dollar AS per barrel, dengan prediksi akhir tahun 55 dollar AS per barrel.

Untuk perdagangan Senin (16/9/2019) harga minyak diperkirakan bergerak pada kisaran support 54,50 dollar AS per barrel, 54 dollar AS per barrel, dan 53,50 dollar AS per barrel. Sedangkan untuk level resistance berada di kisaran 58 dollar AS per barrel, 59 dollar AS per barrel, dan 60 dollar AS per barrel. “Harga kemungkinan masih akan naik, direkomendasikan buy temporary di jangka pendek. Tapi tidak direkomendasikan buy di atas 60 dollar AS per barrel, lebih baik antisipasi sell in strength di atas 60 per barrel,” ucapnya.

Share.

Comments are closed.