Disentil Jokowi soal Investasi Minus, Faisal Basri Bela Luhut

0

JAKARTA, Teritorial.com – Ekonom Senior Faisal Basri menegaskan, realisasi investasi kuartal III-2020 minus lebih dari 5% bukan salah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Dalam hal ini, ia menilai teguran dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Luhut atas data realisasi tersebut tidak tepat.

“Mana ada di dunia ini investasi meningkat atau tetap, semua turun. Jadi bagaimana ya, kan nggak susah memahami pandemi, orang menunda investasi, kan nggak susah kan. Saya pengkritik utama Pak Luhut. Tapi untuk kali ini rasanya nggak elok,” kata Faisal dalam webinar DPP PAN, Rabu (4/11/2020).

Ia menilai, angka minus 5% itu masih jauh lebih baik. Apalagi, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) telah memprediksi investasi asing atau foreign direct investment (FDI) akan merosot 40% sepanjang 2020.

“Ya nggak salah Pak Luhut kalau soal ini. Kan tadi jawaban saja di dunia saja yang namanya FDI turun 40%. Investasi di seluruh dunia juga orang konsolidasi semua, dan macam-macam itu. Jadi secara makro, turun ya wajar. Bahkan turunnya hanya 5% itu bagus sekali,” tegas Faisal.

Dalam kesempatan yang sama, Ekonom Senior Center of Reforms Economics (Core) Indonesia Hendri Saparini mengatakan, daripada fokus meningkatkan investasi, pemerintah sebaiknya mengevaluasi alokasi anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp 695,2 triliun, kepada program yang bisa terealisasi lebih cepat, dan punya multiplier effect.

“Kemarin pemerintah sampaikan kementerian/lembaga harus beli produk dalam negeri, bagaimana mekanismenya? Dan kemudian ada kalau tidak perbaiki mekanisme maka kita tidak akan menjamin akan jadi captive market bagi UMKM dan produk nasional. Demikian juga BLT dan sebagainya dan bagaimana bisa memastikan produk-produk yang diikutkan untuk membantu masyarakat adalah produk dalam negeri. Sehingga efektivitas anggaran PEN ini yang tahun 2021 masih sangat besar. Akan ada multiplier effect atau efek domino ke ekonomi, jadi tidak hanya one shoot,” papar Hendri.

Jika sudah melakukan hal itu, ia meyakini investasi akan tumbuh sendirinya, meskipun nilainya tak begitu besar dan bertahap. Menurutnya, hal ini akan lebih efektif memulihkan ekonomi, khususnya investasi, dibandingkan memberikan berbagai stimulus untuk menarik investor asing.

“Nah inilah yang bisa mendorong investasi-investasi kecil. Jadi jangan bicara investasi besar yang akan datang ke Indonesia. Pada kondisi sekarang, kita nggak bisa berharap pokoknya apapun kita berikan yang penting mereka berinvestasi,” pungkasnya.

Sebagai informasi, Jokowi sebelumnya sudah memperingatkan Luhut bahwa kontraksi pertumbuhan investasi di kuartal III-2020 jangan lebih dari -5%. Namun menurut bocoran yang didapat Jokowi pertumbuhan investasi kuartal III-2020 bisa mencapai -6%.

“Investasi kita juga di kuartal III-2020 masihh minusnya di atas 5%, tapi nanti kita tunggu hitung-hitungan dari BPS. Kurang lebih nanti -6%. Saya sudah mewanti-mewanti kepada kepala BKPM dan Menko Marinves agar paling tidak di kuartal III-2020 ini bisa minus di bawah 5% tapi ternyata belum bisa,” tuturnya saat membuka Sidang Kabinet Paripurna dilansir dari akun Youtube Sekretariat Presiden, Senin (2/11/2020).

Share.

Comments are closed.