Menhan Ingatkan Bahaya Ancaman Perang Mindset

0

Jakarta, Teritorial.com – Pada acara Simposium Ancaman Perang Mindset pada Era Keterbukaan Informasi, di Gedung AH Nasution, Kompleks Kementerian Pertahanan, Jakarta, Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu mengingatkan masyarakat akan perang mindset yang menjadi ancaman kedepan.

Dilansir dari Media Indonesia, Ryamizard menyampaikan bahwa saat ini NKRI sedang menghadapi tiga dimensi ancaman. Pertama adalah ancaman belum nyata seperti perang terbuka antar negara. Kedua adalah ancaman nyata seperti terorisme dan radikalisme, separatisme, pemberontakan bersenjata, bencana alam, serta peredaran dan penyalahgunaan narkotika. Ketiga yaitu ancaman nonfisik atau mindset.

“Ancaman mindset ini bersifat masif, sistematis, dan terstruktur. Itu terus memengaruhi dan merusak pemikiran dan jati diri bangsa Indonesia melalui pengaruh ideologi asing yang tidak sesuai budaya kita,” ujar Ryamizard.

Menurutnya, ancaman nonfisik yang paling berbahaya adalah ancaman terhadap mindset bangsa Indonesia yang berupaya untuk mengubah Ideologi Pancasila dan menggantikannya dengan paham khilafah.

“Ancaman terhadap ideologi negara inilah yang sering saya sebut sebagai perang modern, yaitu perang yang relatif murah meriah, karena tanpa mengeluarkan satu letusan peluru pun, pihak musuh sudah dapat menghancurkan pilar dan sendi-sendi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara,” ungkap Ryamizard.

Ryamizard menambahkan bahwa Ideologi tersebut sangat berbeda dengan nilai Islam yang diajarkan selama ini. Menurutnya Islam yang diajarkan di Indonesia adalah Islam yang penuh damai dan menjunjung tinggi nilai persatuan, nasionalisme, dan toleransi.

Salah satu pembicara di Simposium tersebut, akademisi pakar anti teroris dari Sri Lanka, Rohan Gunaratna, juga mengatakan perang mindset ini sangat berbahaya. Sebagaimana dikutip dari tempo.co, Rohan menyebut hampir sebagian besar kelompok yang berideologi anti Pancasila di Indonesia, tidak melakukan gerakan lewat kekerasan.

“Mereka melakukan kekerasan hanya 1 persen saja. 99 persen mereka justru membentuk mindset,” kata Rohan. Penyebaran ideologi ini dilakukan lewat dunia maya. Mulai dari Facebook hingga akun media sosial digunakan sebagai medium. Ia menyarankan Indonesia harus melakukan pengawasan lebih terhadap cyber space.

Share.

Comments are closed.