Bercerita Tokoh Nasional Agus Salim, “Moonrise Over Egypt” Menambah Daftar Film Sejarah Indonesia

0

Jakarta, Teritorial.com – Sejarah sebagai tonggak bangsa harus terus diperjuangkan demi eksistensi dan keberlangsungan NKRI. Di era milenial seperti sekarang ini film layaknya sebagai salah satu media pembelajaran bagi masyarakat Indonesia.

Film Moonrise Over Egypt ini oleh Produser TVS, Amir Sambodo diakui sebagai film pertama yang mengangkat tema mengenai diplomasi untuk memperjuangkan kemerdekaan RI. Haji Agus Salim sebagai salah satu tokoh kemerdekaaan RI yang juga dikenal sebagai bapak Bangsa tentulah tidak asing lagi, apalagi sosok pahlawan nasional ini sangat mudah dikenali dengan ciri khas kacamata, berkumis dan berjanggut putih serta selalu berpeci.

Agus Salim yang lahir di Koto Gadang Agam Sumatera Barat, 8 Oktober 1884, memiliki keahlian berbicara dalam tujuh bahasa asing, dikenal sebagai tokoh yang pandai berdiplomasi. Kepiawaiannya berdiplomasi itulah membuat dia dipercaya sebagai Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir I dan II serta menjadi Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta.

Sesudah pengakuan kedaulatan Agus Salim ditunjuk sebagai penasehat Menteri Luar Negeri. Pada saat menjabat Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II 1946 dan Kabinet III 1947 Agus Salim diutus untuk melakukan pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir pada tahun 1947.

Dalam flim tersebut salah satu pendiri Sarekat Islam yang diperankan oleh Pritt Timoth) bersama Abdurrahman Baswedan, Wakil Menteri Penerangan (Vikri Rahmat), Mohammad Rasjidi, Sekjen Departemen Agama, (Satria Mulia) serta Nazir Datuk Sutan Pamuntjak, Pejabat Departemen Luar Negeri (drh Ganda) ke Mesir untuk memperoleh pengakuan kedaulatan atas Republik Indonesia dari Mesir.

Sebagai negara yang beru merdeka tentunya pengakuan kedaulatan dari negara-negara lain sangat penting. Hal tersebut menjadi syarat berdirinya suatu negara, disamping memiliki pemimpin, rakyat, dan wilayah. Tidak berjalan dengan mudah, upaya diplomasi tersebut terhalang oleh lobi politik Belanda yang saat ini menekan pemerintah Mesir agar tidak sependapat dengan Indonesia.

Kejadian inilah yang mengharuskan delegasi Indonesia yang dipimpin Agus Salim dibantu oleh sejumlah mahasiswa Indonesia di Mesir berjuang bersama untuk meyakinkan kembali Nokrashy akan pentingnya membuka hubungan dengan Indonesia.

Layaknya sebuah karya manusia tentu masih menemui kekurangan terlebih menjadi hal yang wajar ketika Film Moonrise Over Egypt ini oleh Produser TVS, Amir Sambodo diakui sebagai film pertama yang mengangkat tema mengenai diplomasi untuk memperjuangkan kemerdekaan RI.

Beberapa pengamat menilai bahwa justru film tersebut tidak banyak mengurai dengan jelas mengenai perjuangan diplomasi yang dilakukan oleh Kiai Agus Salim.  “The Grand Old Man” tersebut tak muncul sebagaimana mestinya, karena selama di Mesir film tersebut lebih banyak menampilkan adegan ngobrol, ngopi-ngopi dan merokok di kamar hotelnya.

Film yang mengambil latar cerita di Mesir pada 1947 pun tak mampu menampilkan suasana negeri piramid tersebut pada masa itu, padahal 40 persen pengambilan gambar yang dilakukan secara langsung di negeri tersebut.

Ketagangan politik dalam negeri yang cukup kuat melanda Mesir terutama saat kelompok Islam haluan Ikhwanul Muslimin mulai menyebar dan berpengaruh kuat di lingkungan pemerintahan untuk mendukung perjuangan diplomasi Indonesia tidak sama sekali hadir dalam flim yang berdurasi selama dua jam tersebut.

Namun begitu film yang mulai tayang di bioskup pada 22 Maret 2018 itu setidaknya mampu melengkapi deretan film-film nasional bertema kepahlawanan yang sudah diproduksi sebelumnya seperti Tjokroaminoto, Kartini, Soekarno, Sang Kyai, Sang Pencerah ataupun Soegijo. (SON)

(Sumber Antara)

Share.

Comments are closed.