Wakil Kepala BSSN : Indonesia Butuh Manajemen Krisis Siber

0

Jakarta, Teritorial.com -Indonesia saat ini sangat membutuhkan keberadaan manajemen krisis siber untuk menghadapi segala potensi ancaman keamanan dan serangan siber yang menyasar sektor-sektor penting dan yang bisa membahayakan negara.

Hal tersebut merupakan kesimpulan dari focus group discussion (FGD) yang digelar oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Wakil Kepala BSSN Dharma Pongrekun mengatakan, “negara Indonesia memerlukan manajemen krisis siber yang mumpuni untuk menghadapi segala potensi ancaman keamanan siber”.

Pasalnya, bahaya serangan siber menyasar sektor-sektor penting kehidupan manusia dan secara umum bisa membahayakan negara. “Serangan siber bisa dikategorikan sebagai ancaman yang sangat berbahaya, karena sifatnya yang mengancam jiwa manusia, kestabilan ekonomi, atau kedaulatan negara. Tidak ada kata lain, selain negara harus hadir memberikan perlindungan sekaligus menjamin keamanan nasional pada aspek keamanan siber,” kata Dharma di Jakarta, Senin (11/11).

Selanjutnya, Dharma menyampaikan beberapa poin penting terkait upaya BSSN dalam menyusun kebijakan manajemen krisis siber yang merupakan suatu langkah administratif dalam rangka pengambilan keputusan secara cepat, tepat, serentak, serta mampu menembus ruang dan waktu terhadap semua potensi ancaman keamanan siber.

“Tentu, dalam melakukan kajian dan pembuatan regulasi manajemen krisis siber, BSSN senantiasa berusaha menjalankan tugas pengamanan siber dengan basis kolaborasi dan sinergi dengan berbagai sektor serta mengambil langkah proaktif dalam pengelolaan risiko guna ketahanan ruang siber,” ujar Dharma.

Dia juga menekankan pentingnya kolaborasi dan sinergi dalam menghadapi segala potensi ancaman siber. BSSN menjalankan tugas dan kewajiban pengamanan siber dengan melakukan kajian dan regulasi manajemen krisis siber berbasis kolaborasi dan sinergi dengan berbagai sektor. “Mengambil langkah proaktif dalam pengelolaan risiko guna ketahanan ruang siber,” tegasnya.

Menurut dia, berdasarkan hasil penelitian dan laporan Google Temasek, dan Bain, bertajuk e-Conomy SEA 2019, nilai ekonomi berbabasis internet di Asia Tenggara diperkirakan mencapai US$ 100 milar, atau Rp 1.418,17 triliun pada tahun ini. Sedangkan sekitar 40%, atau senilai US$ 40 miliar berasal dan dikontribusi dari pasar Indonesia.

“Dengan nilai pertumbuhan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan potensi ekonomi digital yang luar biasa ini, Indonesia harus menjaga potensi tersebut guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi nasional,” jelasnya. Di sisi lain, BSSN memiliki peran untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan fokus pada bidang keamanan siber melalui penyediaan dan pengamanan ekosistem ranah siber yang nyaman, ramah, dan aman.

“Salah satu upaya yang dilakukan dengan memberikan jaminan keamanan dan perlindungan data kepada masyarakat Indonesia melalui regulasi, infrastruktur teknologi yang aman, dan sumber daya manusia (SDM) profesional yang bermuara pada satu tujuan, yaitu mewujudkan keamanan siber menuju kesejahteraan ekonomi,” pungkas Dharma.

Share.

Comments are closed.