Menghias “Pohon Natal” Jadi Tradisi Bagi Berbagai Umat Agama di Rusia

0

Moskow, Teritorial.Com – Umat-umat dari agama apapun, bahkan Muslim, Yahudi, dan Budha gemar menghias ‘pohon Natal’ di Rusia karena beberapa alasan.

Tradisi menghias pohon cemara tiba di Rusia dari Eropa pada awal abad ke-18, setelah Tsar Pyotr yang Agung  kembali dari ‘tur Eropa’-nya. Ia memerintahkan untuk mendapatkan pohon Natal (dulu, Rusia juga biasa merayakan Natal pada 25 Desember), menghiasinya, dan merayakan Tahun Baru pada 1 Januari.

Namun, sebagian besar itu hanya populer di kalangan Diaspora Jerman di Sankt Peterburg sampai pertengahan abad ke-19, ketika pohon cemara pertama didirikan di stasiun yang kini menjadi Stasiun Moskovsky. Orang-orang pun menyukainya dan mulai mendekorasi rumah mereka sendiri. Bahkan balet Rusia yang paling terkenal karya Pyotr Tchaikovsky, Shchelkunchik (The Nutcracker), menggunakan set “di bawah pohon Natal”. 

Setelah Revolusi, kaum Bolshevik berusaha mengganti liburan keagamaan (borjuis) dengan yang sekuler. Pada 1930-an, mereka mulai mengorganisir pesta Tahun Baru untuk anak-anak Soviet, yang disebut “yolki” (“pohon cemara” dalam bahasa Rusia). 

“Yolki” ini biasanya juga memasukkan pertunjukan Sinterklas Rusia, Ded Moroz (Kakek Salju), dan cucunya, Snegurochka (Gadis Salju), dengan banyak kegiatan dan hadiah. Tradisi baru itu menyebar dengan cepat ke seantero Soviet. Begitulah cara pohon Natal berubah menjadi pohon Tahun Baru untuk Rusia, dan Tahun Baru masih menjadi hari libur yang paling ditunggu-tunggu untuk semua orang di Rusia (dan negara-negara pecahan Soviet). 

Tradisi ini dianggap oleh beberapa orang di Rusia tidak ada hubungannya dengan ajaran agama, melainkan “sebuah alasan untuk berkumpul dengan orang-orang dekat, bertukar hadiah dan bersenang-senang.” Menurut George Pitchkhadze yang keturunan Georgia dan Israel, kemeriahan yang seperti pohon Natal biasanya ditemui pada peringatan Hanukkah yang disebut Bush Hanukkah.”

Selain itu, saat ini, di Rusia terdapat libur musim dingin resmi pada 1 – 8 Januari (termasuk Natal Ortodoks pada 7 Januari), yang berlaku di seluruh negeri. Namun, di beberapa daerah yang mayoritas penduduknya bukan pemeluk Kristen Ortodoks, terdapat tambahan hari libur keagamaan resmi.

Misalnya, di Buryatia, Tyva, Republik Altai, dan Kalmykia, penduduk setempat merayakan Tahun Baru Buddha yang disebut Tsagaan Sar (biasanya pada bulan Februari). Sedangkan di wilayah berpenduduk mayoritas Muslim, seperti Chechnya, Bashkortostan dan Tatarstan, terdapat hari libur resmi pada Idul Fitri dan Idul Adha. Namun, mereka semua tetap menghias pohon Natal (atau sebenarnya pohon Tahun Baru) di rumah.

Yang lebih menariknya lagi, masing-masing wilayah Rusia yang berbeda memiliki Ded Moroz mereka sendiri, pembawa hadiah berjanggut putih dengan kostum yang cerah. Di Tatarstan, dia dipanggil Kysh Babai, di Buryatia Saagan Ubugun, dan di Yakutia Ehee Gyul.

“Bagi saya, tidak ada hubungan antara agama dan pohon Tahun Baru. Itu hanya simbol Tahun Baru, dan pesta untuk anak-anak,” kata Munir Minibayev dari Ufa, Bashkortostan, yang beragama Islam, seperti dikutip dari Russia Beyond

“Ini adalah tradisi kami dari zaman Soviet, ketika kami memisahkan orang berdasarkan agama.” Dia mengatakan bahwa di Bashkortostan, menikah lintas keyakinan adalah hal biasa dan tentu saja, merayakan liburan secara bersama-sama.

Share.

Comments are closed.