Bogor, Teritorial.Com – Universitas Pertahanan (Unhan) kembali menyelenggarakan kegiatan Track II Network of ASEAN Defense and Security Institution (NADI), mengusung tema “Strengthening ASEAN Defence Cooperation In Order to Control Transnational Crimes In Southeast Asia”, yang dilaksanakan di Bogor, tanggal 28 s.d. 29 Agustus 2018.
Mengawali kegiatan tersebut, Plt. Rektor Unhan Prof. Dr. Ir. Dadang Gunawan, M.Eng. membuka jejak pendapat bertaraf internasional antar stakeholders pertahanan dan keamanan se-ASEAN dengan mengangkat tema terkait perspektif tentang kejahatan lintas negara dari masing-masing delegasi yang tergabung dalam negara ASEAN.
Dalam workshop Track II NADI, setiap Negara ASEAN diwakili oleh institusi kajian dan perguruan tinggi pertahanan. Negara-negara yang berpartisipasi dan mengirimkan delegasinya antara lain; Thailand, Cammodia, Lao PDR, Malaysia, Vietnam, Singapore, Philippines, Myanmar, Brunei dan tuan rumah Indonesia.
Penyelenggarakan NADI ini diharapkan dapat meningkatkan kerja sama dibidang pertahanan di wilayah ASEAN sekaligus mengupayakan pencapaian lingkungan strategis yang kondusif untuk melindungi kawasan ASEAN aman dari berbagai konflik yang akan timbul.
Dalam sambutan pembukaannya, Plt. Rektor Unhan mengatakan bahwa NADI kali ini membahas berbagai hal yang berkaitan dengan upaya mencegah munculnya kejahatan transnasional di Asia Tenggara diantaranya; pencucian uang, terorisme, drug trafficking maupun human trafficking dan lain sebagainya. Penyelenggaraan NADI juga bertujuan untuk mencapai lingkungan strategis dan promosi ASEAN sebagai wilayah yang aman.
Track II Network of ASEAN Defense and Security Institution (NADI) menghadirkan dua Keynote Speaker. Keynote Speaker pertama disampaikan oleh Laksamana Madya TNI (Purn) Dr. Desi Albert Mamahit, M.Sc., yang mengatakan bahwa kerjasama antara Angkatan Laut Indonesia, Bakamla, Polisi Laut, Bea Cukai, BNN, serta lembaga terkait lainnya sangat penting untuk mencegah dan memerangi kejahatan narkoba.
Selain daripada itu, kerjasama antara negara-negara di kawasan ASEAN juga harus lebih ditingkatkan untuk memerangi peredaran narkoba, terutama pada produksi, perdagangan, dan konsumsi obat terlarang yang membahayakan kesehatan. “Kita berharap semua yang hadir dalam forum tentunya akan memberikan solusi terkait penangan dan kajian mendalam serta dilengkapi dengan pertimbangan dan analisis yang matang terkait segala bentuk perkembangan ancaman yang dihadapi regional ASEAN saat ini,” Ujar Rektor Unhan.
Kepala PPATK Kiagus Ahmad Badaruddin sebagai Keynote Speaker kedua, menyebutkan bahwa pencucian uang dan terorisme bersifat transnasional, sebagai kejahatan yang terencana dan teroganisir, tidak hanya terjadi pada satu negara saja, tetapi juga terjadi di seluruh negara di dunia, untuk mencegah dan memberantasnya harus dilakukan dengan kerjasama antar negara, kerja sama tersebut dapat dilakukan secara regional maupun internasional. (SON)