Seol, Teritorial.Com – Pers Barat menyebut ribuan penduduk Pyongyang dimobilisasi rezim paling represif di planet ini untuk menyambut kunjungan tiga hari Presiden Korea Selatan Moo Jae-in ke Pyongyang. Dikatakan juga pernyataan bersama kedua pemimpin tidak menyinggung denuklirisasi Semenanjung Korea. Komentator pada NHK TV menilai Moon yang berfungsi sebagai mediator hubungan Korut-Amerika Serikat, telah berfihak kepada Korea Utara.
Moon Jae-in melawat di tengah konsistensi Amerika Serikat yang mendesak Korea Utara melenyapkan fasilitas dan peluru kendali nuklir, sebelum sanksi ekonomi dicabut. Di lain pihak Kim Jong-un meminta supaya Washington menyatakan, perang Korea telah berakhir dan dengan sendirinya memulangkan 28 ribu tentaranya dan menarik semua alutsista militer termasuk rudal THAAD (sistem pertahanan anti-rudal balistik) dari Korea Selatan.
Dalam kondisi seperti itulah, Moon mengatakan kepada Kim , harapan demikian tinggi bagi tercapainya perdamaian di Semenanjung Korea. Itu beban berat bagi kita, namun marilah kita bersama-sama menuju masa depan yang lebih aman dan makmur. Hasil lawatan Moon tidak bisa bilang nihil. Menteri pertahanan kedua negara menandatangani kesepakatan kerjasama militer, seperti membangun zona penyangga di perbatasan kedua negara dan Laut Kuning, serta masing-masing pihak menghapuskan 11 pos pengamatan di perbatasan.
Kedua pemimpin setuju menyelenggarakan kembali program pariwisata dan membuka lagi kawasan industri Kaesong. Berencana menjadi tuan rumah Olimpiade musim panas 2032. Sementara program mempertemukan warganegara Korsel-Korut yang terpisah terus berlanjut.
Keterbukaan
Yang menyambut Moon, istri, birokrat dan pengusaha kalau diperkirakan benar-benar bukan ribuan tetapi ratusan ribu. Mereka, laki-laki yang membawa bendera Korut dan bendera semenanjung, serta perempuan yang mengenakan busana nasional, jumlah ratusan ribu. Mereka berdiri berjajar di apron Bandara Internasional Sunan dan dilanjutkan di kiri –kanan sepanjang jalan raya mendekati pusat kota.
Kim menyambut dengan keramahan seorang saudara dekat. Bersama istrinya, Ri Sol-ju, dia menunggu di tangga pesawat berangkulan dengan Moon dan cukup lama-lama berbincang sambil tertawa. Tak ada ketegangan. Selain mengadakan pembicaraan resmi, sebelum pulang Moon diajak ke kawasan wisata dan makan siang di tepi danau. Moon juga berwisata ke kawasan Guung Baekdusan dimana terdapat danau Cheonji yang airnya sebening kristal.
Seorang pejabat Korut yang menemani menyatakan, air danau ini berasal dari langit sebab tak ada mata air di sekitar danau. Presiden Korsel dan istrinya, Kim Jung-sook, dengan tak mempedulikan air yang membasahi sepatunya. Dengan telapak tangan memasukkan air danau itu ke botol plastik berulang kali. Kim, tampaknya tidak memandang Moon sebagai musuh. Dia mengundangnya untuk berpidato di depan sedikitnya 150 ribu penduduk Pyongyang yangmemadati Stadion Mayday. Dalam kesempatan itu, Moon menyatakan kita telah bersatu selama 5.000 tahun dan terpisah selama 70 tahun. “ Era baru telah tiba. Mari kita bersama menuju masa depan perdamaian yang abadi di Semenanjung Korea.”
Bertemu Trump
Moon Jae-in direncanakan bertemu dengan Presiden Donald Trump di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York, akhir September membahas kunjungannya ke Pyongyang. Hasil pertemuan ini akan menjadi dasar bagi rencana KTT kedua Trump-Kim awal tahun depan. Sebelum KTT, Kim dijadwalkan melawat ke Seoul.
Kira isyu denuklirisasi akan menjadi tetap masalah utama, sekalipun Kim Jong-un menjanjikan kepada Moon akan menghancurkan fasilitas percobaan dan rudal nuklir secara permanen di Punggye-ri, disaksikan para peninjau luar negeri.
Mungkinkah AS akan memberlakukan akan memperlakukan Korea Utara seperti Irak? Tetap tidak percaya sekalipun Presiden Saddam Hussein mengizinkan para pejabat Badan Tenaga Atom Internasional (IEIA) serta PBB meninjau fasilitas nuklirnya. Sepertinya Washington tidak menginginkan perdamaian di Korea tanpa melenyapkan rezim Korut, sebab tujuan utamanya adalah berdagang Alutsista di tengah ketegangan dan mengepung China.
Penulis: Sjarifuddin Hamid/Pemimpin Redaksi Teritorial.Com