Jakarta, Teritorial.com – Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi baru saja dilantik oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Djoko kemudian memastikan penyebar hoax di dunia siber akan ditindak.
“Ada tindakan, pasti ada tindakan. Jadi nanti paling nggak kita ingatkan, kita ingatkan supaya berhenti, tapi nanti kalau dia semakin menjadi-jadi nanti ada aturan,” kata Djoko usai pelantikan di Istana Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Rabu (3/1/2018).
Djoko sendiri membedakan antara hoax yang negatif dengan yang positif. Menurut dia, sebetulnya hoax yang bernuansa positif relatif tak masalah.
Kalau hoax itu membangun ya kita silakan saja, tapi jangan terlalu memproteslah, menjelek-jelekanlah, ujaran-ujaran yang tidak pantas, saya rasa bisa dikurangi,” ujar Djoko.
Sebenarnya selama ini sudah ada instansi yang berwenang menindak penyebar hoax, seperti Polri. BSSN akan menggandeng instansi-instansi yang selama ini memiliki badan siber.
“Kita berdayakan semaksimal mungkin sehingga benar-benar ibaratkan sapu lidi kalau kita gabungkan jadi satu kan kuat sekali. Ini juga demikian,” ungkap dia.
Terinspirasi oleh Kepala Lemsaneg Roebiono Kertopati.
Djoko sebelumnya menjabat Kepala Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) sejak 2011. Lemsaneg berada di bawah Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenkopolhukam).
Djoko lahir di Surakarta (Solo) dari keluarga sederhana. Ia memiliki delapan saudara.
Djoko menempuh pendidikan SMA di Jakarta dan tinggal bersama kakak kandungnya. Selepas SMA, ia terkendala biaya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Hingga pada 1977, Djoko mendapat informasi tentang Akademi Sandi Negara (Aksara) di surat kabar. Ia merupakan salah satu yang berhasil lolos dari ratusan pendaftar.
Djoko lulus dari Aksara pada 1980. Saat itu ia sudah mengagumi sosok Roebiono Kertopati, Kepala Lemasaneg kala itu.
Sosok Roebiono pulalah yang menginspirasinya untuk masuk ABRI, sekarang TNI. Karena itu, setelah lulus dari Aksara, Djoko meniti karier di TNI.
Ia lulus dari pendidikan TNI pada 1981. Saat berpangkat letnan dua, Djoko pernah ditugaskan ke Kalimantan Barat selama 8 tahun.
Di Kalimantan itulah ia bertemu dengan istrinya, Kyatti Imani, dan dikaruniai dua putri kembar. Kariernya mulai meningkat saat Djoko berpangkat kapten.
Djoko ditugaskan di Kementerian Luar Negeri. Kemudian pada 1990, Djoko lulus dan ditempatkan di Pusat Komunikasi Kementerian Luar Negeri.
Saat itulah muncul tawaran untuk penempatan di Turki, yang saat itu sedang mengalami Perang Teluk di daerah Irak. Djoko bertugas di Turki selama 4,5 tahun.
Sekembali dari Turki, ia ditugaskan di Pusintelad, dan kemudian Kodam I/BB di Medan. Dalam perjalanan kariernya, ia bersekolah di Seskoad selama 11 bulan dan ditempatkan di Paspampres selama 4 tahun.
Berdasarkan perintah dari Kepala Lemsaneg kala itu, Djoko kemudian pindah tugas ke Lemsaneg. Mulanya ia bertugas di Direktorat Pengamanan Sinyal di Ciseeng.
Djoko kemudian menjabat Deputi Pengaman Persandian (Deputi III). Kariernya terus moncer, hingga akhirnya Djoko dilantik sebagai Kepala Lemsaneg melalui keputusan presiden (keppres).