Moscow, Teritorial.com – Mengingat kondisi ketidakstabilan yang melanda Iran akhir-akhir ini, usulan mengenai perluanya sebuah pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas situasi di Iran, mendapat kritik dari Wakil Menteri Luar Negeri Rusia. Negara bekas Uni-Soviet tersebut menuduh AS melakukan intervensi.
“Amerika Serikat melanjutkan kebijakan interferensi terbuka dan samar-samar ke dalam urusan negara-negara lain. Dengan kedok keprihatinan tentang hak asasi manusia dan demokrasi, mereka tanpa malu-malu menyerang kedaulatan negara lain,” kata Sergey Ryabkov seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (5/1/2018).
Dalam hal ini AS memprakarsai pertemuan Dewan Keamanan PBB untuk semata-mata sebuah isu internal, Ryabkov mengatakan klaim Teheran bahwa AS sedang mendorong demonstrasi jalanan yang mematikan dari luar negeri “tidak berdasar” dan menambahkan bahwa Washington menggunakan “cara apapun yang tersedia” untuk melemahkan pemerintah asing yang bermusuhan.
AS meminta pertemuan darurat hari Jumat sore di New York pada hari Selasa, meskipun dukungan mayoritas dari 15 anggota Dewan Keamanan PBB mungkin diperlukan agar diskusi terus berlanjut. Tidak ada resolusi yang diajukan. Ryabkov mengatakan bahwa pihaknya menanggapi dengan tenang.
Bagi Rusia, AS sengaja memanfaatkan isu ini demi ambisi pribadi dengan tujuan ingin menumbuhkan ketegangan politik internal yang semakin memperburuk keadaan di Iran. Ambisi tersebut kian terlihat ketika dalam tweet nya tentang Iran, Trump sengaja memuji para demonstran yang telah menyuarakan keadilan bagi pemerintahan Iran yang korup.
Trump mengatakan bahwa pihak oposisi akan mendapat dukungan besar dari Amerika Serikat pada waktu yang tepat. Dia juga menggunakan kesempatan tersebut untuk sekali lagi menyerang kesepakatan nuklir “mengerikan” yang ditandatangani oleh Barack Obama pada tahun 2015.
Ryabkov sebelumnya mengatakan bahwa AS menggunakan demonstrasi tersebut sebagai “dalih” untuk meninjau kembali persyaratan Rencana Aksi Komprehensif Bersama – kesepakatan internasional, yang juga disetujui oleh Rusia, China, Prancis, Inggris, Jerman dan Uni Eropa. Kesepakatan tersebut menawarkan pencabutan sejumlah sanksi kepada Iran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya yang berlangsung lebih dari satu dekade.
Namun, Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan bahwa Gedung Putih ingin mengubah kondisinya dalam mendukung kesepakatan jangka panjang, sementara Trump telah mengatakan bahwa dia dapat mengembalikan beberapa sanksi tersebut sebagai tanggapan atas kejadian baru-baru ini di Iran. (SON)