Jakarta, Teritorial.Com – Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Muhammad Diheim mengatakan bahwa jumlah petani di Indonesia saat ini hanya sekitar 4 juta orang dari jumlah seluruh penduduk di Indonesia, sekitar 264 juta.
Angka tersebut ia dapatkan dari laporan angkatan kerja nasional yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) 2018. Jumlah tersebut berada pada level terendah dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah pekerja di sektor pertanian disebabkan oleh tingginya angka urbanisasi. Lebih lanjut Diheim menjelaskan urbanisasi banyak dilakukan kalangan muda dari pedesaan yang ingin memperbaiki taraf ekonomi mereka. Perkembangan lapangan kerja di kota juga membuat mereka tidak tertarik menjadi petani.
“Generasi muda yang tumbuh di pedesaan, khususnya mereka yang mendapatkan pendidikan sekolah secara formal, cenderung ingin mengejar pekerjaan yang berpotensi memberikan banyak penghasilan secara cepat, yang biasanya berasal di daerah perkotaan,” jelasnya.
Selanjutnya, dampak dari penurunan tersebut juga berpotensi mempengaruhi produksi komoditas pangan nasional. Diheim menjelaskan jumlah petani yang sangat minim dapat memunculkan kekhawatiran bahwa produksi pangan tidak akan bisa mencukupi kebutuhan pasar.
“Kesenjangan antara jumlah produksi dengan jumlah permintaan inilah salah satunya yang menyebabkan tingginya harga komoditas pangan,” ujar Diheim.
CIPS menegaskan berkurangnya jumlah pekerja di sektor pertanian harus menjadi evaluasi pemerintah. Tidak hanya pemerintah, swasta juga perlu turut serta dalam membangun pertanian, baik dari segi manajemen rantai pasokan dan distribusi pangan, maupun dalam hal pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Diheim pun berharap agar profesi petani dapat memperoleh jaringan pasar yang lebih banyak dan penghasilan yang lebih besar.