Teritorial.com – Letkol Inf Charles Alling resmi menjabat sebagai Dandim 0906/Tenggarong Kodam VI/MLM pada tanggal 20 Agustus 2019. Sebelumnya ia pernah bertugas di kesatuanKopassus sejak tahun 2002 setelah lulus dari Akademi Militer pada tahun 2001.
Letkol Alling mengaku merasa terhormat dapat menjadi warga Tenggarong, Kalimantan Timur. Ia bertekad akan menjalankan tugas yang telah diamanahkan kepadanya itu dengan sebaik-baiknya. Selama bertugas di Kopassus, Letkol Alling pernah bergabung di Satuan-81 Kopassus (Penanggulangan Teror) dan pernah menjabat sebagai Komandan Unit, Perwira Latihan, Perwira Operasi, Komandan Tim, Wadandenma hingga Wadanyon-811.
Sebagai bentuk dedikasinya terhadap profesinya, Letkol Alling menempuh pendidikan di bidang kemiliteran untuk meningkatkan keahlian dan kredibilitasnya di dunia militer diantaranya Pendidikan Komando dan Anti terror, ia juga pernah menempuh pendidikan di NATO School Jerman tahun 2012 atas rekomendasi PBB.
Selain itu ia juga pernah mendapatkan beasiswa dari program Indonesia Presidential Scholarship (IPS) yang diiniasi Susilo Bambang Yudhoyono dengan mengikuti pendidikan Sekolah komando dan Staf (SESKO) di Australia, sekaligus mengambil gelar master di Australian National University (ANU) pada tahun 2015. Setelah lulus dari Australia, Letkol Alling kembali berdinas di Kopassus sebagai Pabandya Lat sops Kopassus, sebelum akhirnya dipromosikan sebagai Komandan Batalyon32 Grup-3 Kopassus pada tanggal 26 Oktober 2016.
Pengalaman Letkol Alling di medan pertempuran juga sudah tidak diragukan lagi, ia pernah ditugaskan baik di dalam maupun Luar Negeri, diantaranya sebagai Perwira Staf J-7 UNIFIL (Lebanon) 2013 dan di Papua sebanyak tiga kali. Selama di Papua pria kelaihran Surabaya, 19 Mei 1980, ini membantu mengawasi tanah Papua dan mengamankan masyarakat Papua dari tekanan dan intimidasi Organisasi Papua Merdeka (OPM) atau Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB).
Saat melaksanakan tugasnya sebagai prajurit Kopassus, Letkol Alling berhasil melakukan Operasi Pembebasan Sandera di Tembagapura tahun 2017 yang lalu, yang akhirnya di anugerahi Pisau Komando Perak (penghargaan tertinggi prajurit Kopassus).
Ketika bertugas di Papua sebagai Komandan Satgas Nanggala di Papua, Ia membawahi para prajurit yang terjun ke lapangan untuk menumpas KKSB. Dibutuhkan keahlian khusus untuk berstrategi di kawasan hutan dan pegunungan Papua yang terkenal dengan cuaca dingin dan medan yang curam itu.
“Saya memiliki tanggung jawab moral dan moril setiap kali memimpin sebuah satuan. Tanggung jawab moril saya adalah selalu membuat pasukan siap terjun ke lapangan kapan pun dibutuhkan dan memperhatikan kesejahteraan mereka. Sedangkan tanggung jawab moral saya adalah menjadi pemimpin yang bisa terus memberikan motivasi dan teladan kepada pasukan,” katanya.
Hal ini juga menjadi filosofi yang akan dikembangkan dalam menjalankan tugas baru sebagai Dandim 0906/Tenggarong. Selama bertugas sebagai pemimpin, ia selalu memikirkan nasib para prajurit yang bertugas di medan pertempuran.
“Hal ini sangat wajar karena mereka sudah berkorban jiwa dan raga demi negara ini. Oleh karenanya saya selalu berfikir keras untuk merencanakan setiap operasi yang akan dilaksanakan,” ujarnya. Selain memikirkan keselamatan para prajuritnya, Letkol Alling juga memikirkan kesejahteraan keluarga prajurit yang ditinggalkan bertugas.
Itu sebabnya Letkol inf Alling tak lupa menjalin kedekatan dengan anak buahnya meski sedang tidak bertugas di lapangan. Menurut Letkol Alling, Kedekatan emosional dan menjadi pemimpin yang bisa memberikan tauladan, dapat memberikan suntikan motivasi kepada prajurit ketika mereka bertugas di lapangan.
Atasa dedikasinya itu kini Letkol Alling diketahui telah meraih beberapa tanda jasa, di antaranya Dharma Nusa, Kesetiaan VIII, Kesatria Yudha, UN Medal, Lebanon Armed Forces, Canti Darma, dan Kesetiaan XVI.
Begitu nobatkan menjadi Dandim 0906/Tenggarong, Letkol inf Alling yang sebelumnya menjabat sebagai Dansat Intel Kopassus di Jakarta, akan mengembangkan 3 Platform dengan sebutan (Trinity Pillars Teritorial) sebagai dasar operasional Kodim, yakni:
1. Mengedepankan sinergitas yang mengawaki seluruh stake holders muspida yang ada. Baginya, sinergitas merupakan kunci dari pembangunan wilayah secara komprehensif.
2. Kehadiran satuan Kodim di tengah-tengah masyarakat harus menjadi solusi bagi setiap kesulitan dan kendala yang dialami.
3. Mengangkat kearifan lokal yang ada sebagai manifestasi untuk menciptakan kedekatan dengan masyarakat.
“Ketiga hal itu akan menjadi Pedoman saya dalam bekerja,” ujar Letkol Alling. Baginya komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi (3K) dalam upaya sinergi bersama kekuatan lain, menjadi jargon dalam prioritas programnya.”Dari sana akan terwujud sinergitas,” tambahnya.
Selain mendedikasikan dirinya dalam dunia militer, Letkol Alling ternyata memiliki passion dalam bidang menulis.Ia bahkan pernah meraih penghargaan sebagai Juara 1 karya tulis dalam kegiatan Apel Dansat TNI-AD dan Juara 1 karya tulis dalam kegiatan Rabiniscab TNI-AD selama dua tahun berturut-turut (2017 dan 2018).
Kini ia telah menghasilkan tiga buah buku, di antaranya; Langit Biru di Atas Naqoura (catatan sebagai staf militer di Lebanon), Kepak Sayap sang Cenderawasih (catatan operasi di Papua), dan Tim Maleo (Operasi Pembebasan Sandera di Papua).