London, Teritorial.Com – Ratu Inggris Elizabeth II setuju penyelenggaraan pemilihan umum dipercepat. Anggota parlemen Inggris telah memutuskan untuk membubarkan Parlemen secara resmi dan mengumumkannya pada hari Selasa tengah malam. Pihak pemerintah maupun oposisi mendesak untuk segera dilaksanakan pemilu baru untuk menghindari kebuntuan selama proses “Brexit” akan datang dengan Uni Eropa.
Dilansir dari BBC news, Pemilu yang dipercepat itu disetujui oleh parlemen pekan lalu untuk mengakhiri dua tahun perselisihan terkait Brexit yang merusak keyakinan investor pada stabilitas Inggris. Ratu Inggris Elizabeth II telah setuju untuk menyelenggarakan pemilihan parlemen awal, kata Perdana Menteri Boris Johnson pada hari Rabu.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berharap dapat memenangkan kursi mayoritas bagi Partai Konservatif dalam pemilu 12 Desember mendatang. Kemenangan itu diharapkan dapat memecahkan kebuntuan mengenai keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Johnson meminta publik mendukungnya dan berjanji Brexit akan dilaksanakan dalam beberapa pekan kemudian.
Johnson ingin mendapatkan persetujuan parlemen atas kesepakatan yang dicapai dengan Uni Eropa dan melaksanakan Brexit sesuai batas waktu pada 31 Januari. Sementara Partai Buruh sebagai partai oposisi utama bermaksud untuk mengambil alih kekuasaan, kembali melakukan perundingan atas kesepakatan dengan Uni Eropa dan kembali menggelar referendum. Namun, sikap Partai Buruh tidak jelas apakah menginginkan Inggris keluar dari blok itu.
Seperti diketahui, Kabinet telah berulang kali menyerukan pemungutan suara awal selama krisis Brexit baru-baru ini, karena Parlemen tidak menyetujui kesepakatan yang dinegosiasikan oleh PM Johnson. Namun Partai Buruh sebagai oposisi menuntut agar dilakukan perpanjangan dan menolak untuk mendukung pemungutan suara sebelum itu dilakukan.
Selama 25 hari ke depan, anggota parlemen akan berkampanye untuk pemilihan ulang untuk tetap di Parlemen. Menurut jajak pendapat baru-baru ini, Partai Konservatif yang memerintah mungkin memiliki sekitar 38 persen suara, sementara pesaing mereka dari Partai Buruh diperkirakan akan menempati urutan kedua dengan 31 persen. Demokrat Liberal berada di urutan ketiga, didukung oleh 15 persen, sementara Partai Brexit memberikan suara dari 10 persen.
Hasil pemilu itu sulit diprediksi karena para pemilih semakin kritis dan ada peluang partai-partai kecil melawan dua partai terbesar yakni Partai Konservatif yang dipimpin Johnson dan Partai Buruh. Survei menunjukkan Partai Konservatif unggul dibandingkan Partai Buruh. Meski demikian, sentimen publik dapat berubah drastis. Jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh perusahaan riset besar YouGov menunjukkan bahwa perolehan suara Partai Konservatif unggul 13 poin atas Partai Buruh. (Banyu)