JAKARTA, Teritorial.com – Ribuan masyarakat Iran berkumpul untuk melayat di prosesi terakhir pemakaman Jenderal Qasem Soleimani, Selasa (7/1/2020).
Masyarakat berkumpul di Azadi Square, di kota kelahiran Soleimani itu. Bukan hanya warga Kerman, masyarakat dari Teheran, Qom, Mashhad, dan Ahvaz, juga datang untuk memberikan penghormatan terakhir.
“Kami di sini hari ini untuk memberikan penghormatan kepada komandan besar,” kata salah seorang pelayat yang datang dari luar kota.
“Qasem tidak hanya dicintai di Kerman, atau Iran, tetapi juga seluruh dunia,” kata seorang pelayat lagi bernama Hemmat Dehghan.
Bagi Iran, Soleimani adalah sosok yang sangat dikagumi. Bahkan ia merupakan tokoh penting kedua di negara itu.
“Pengamanan di seluruh dunia Muslim … Irak, Suriah, Afganistan dan khususnya Iran, berhutang padanya,” ujarnya lagi.
Soleimani, 62 tahun, datang dari keluarga miskin di Kerman. Dia mulai bekerja sejak umur 13 tahun untuk membantu keluarganya.
Saat muda, ia terlibat dalam Revolusi Iran tahun 1979. Ia aktif bekerja di militer Iran, meskipun tidak menamatkan sekolah sama sekali.
Soleimani dianggap sebagai pahlawan nasional bagi Iran saat ia memimpin aksi penyelamatan di tahun 1980. Saat itu terjadi perang Teluk I di perbatasan Iran dan Irak.
Soleimani tewas dalam serangan yang dilancarkan AS Jumat lalu. Ia tewas setelah AS menjatuhkan drone saat parade tengah dilakukan Soleimani di Bandara Internasional Baghdad, Irak.
AS mengatakan pembunuhan tersebut dilakukan guna melindungi kepentingan dan warga AS. Di Irak, AS mengklaim selama sebulan terakhir sudah ada beberapa serangan yang terjadi pada militer dan warga di Irak, yang didalangi Soleimani.
Sementara itu, Kepala North Atlantic Treaty Organization (NATO) meminta Iran menahan diri. “Iran harus menghindari kekerasan lanjutan dan provokasi,” tegas Jens Stoltenberg.