Jakarta, Teritorial.Com – Mengedepankan diplomasi, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto selama tiga bulan menjabat sudah melawat ke 7 negara. Staf Khusus Menhan Dahnil Anzar Simanjuntak menjelaskan, tujuan Prabowo itu adalah untuk membangun diplomasi pertahanan.
“Diplomasi pertahanan itu salah satunya adalah kerja sama industri pertahanan di satu sisi. Di sisi lain, tentu adalah kerja sama pertahanan,” kata Dahnil di Kantor Kemenhan, Jakarta, Kamis (16/1)
Dahnil menjelaskan kerja sama pertahanan itu ada banyak.
Misalnya mulai dari pembelian senjata hingga pertukaran taruna Akmil. Soal pengiriman taruna, menurut Dahnil, hal itu bukan hal baru. Sebab beberapa kali Indonesia pernah melakukannya. “Kan, banyak. Kayak di Jepang kita ngirim Taruna untuk belajar di sana, dan negara lain juga banyak mengirim Tarunanya dan perwiranya untuk belajar di Indonesia. Dalam rangka apa? Selain diplomasi pertahanan, untuk meningkatkan kapasitas perwira kita,” jelasnya.
Dahnil Sementara di industri pertahanan, ada negara yang dapat memproduksi pesawat tempur dalam hitungan hari, namun ada juga alutsista yang produksinya memakan waktu cukup lama. Sehingga, kata dia, Prabowo harus membangun komunikasi dengan banyak negara.
“Jadi karena proses pembelian senjata panjang itu butuh komunikasi dengan banyak pihak. Nah itulah Pak Prabowo banyak kunjungan ke negara luar. Terutama ke negara-negara produsen senjata dan yang punya pertahanan yang kuat,” ujarnya.
Selama lawatannya ke luar negeri, Prabowo membicarakan banyak hal. Dengan ASEAN, Prabowo lebih banyak berbicara tentang pertahanan. Sementara dengan Eropa, lebih banyak membahas tentang alutsista. “Kalau misalnya Pak Prabowo melakukan kunjungan ke negara ASEAN seperti Malaysia, Bangkok, itu berbicara tentang pertahanan kita. Tidak banyak berbicara senjata. Namun kalau Pak Prabowo mengunjungi Turki, Eropa, itu sudah mulai berbicara persenjataan dan alutsista,” tandasnya.
Sebagaimana diketahui, negara yang dikunjungi Eks Danjen Kopassus itu di awal masa menjabat adalah Malaysia, Thailand, Turki, China, Filipina, Jepang, dan Prancis.