JAKARTA, Teritorial.com – Kalau kita lihat, kelihatannya kita yang memberi, kita yang membantu. Jadi kalau kita sedekah tuh, kita yang memberi dan kita yang membantu. Kita juga kelihatannya yang meringankan.
Tapi benarkah seperti itu?
Benarkah mereka yang kita bantu itulah yang kita bantu?
Benarkah mereka yang kita ringankan itulah yang kita ringankan?
Atau mereka yang kita tolong itulah yang tertolong ?
Ini menarik, karena sudut pandangnya kita yang membantu, jadi yang perlu bukan kita. Karena sudut pandangnya kita yang meringankan, maka yang perlu bukan kita. Dan karena kita yang dimintai tolong dan kita yang menolong, rasanya bukan jadi seperti kita yang perlu. Jadi mereka semua yang perlu.
Orang susah, orang miskin, anak yatim, anak piatu, yatim piatu, orang-orang jompo yang tidak punya apa-apa. Padahal kata Allah yang dibantu tuh kita. Yang ditolong itu kita. Yang diringankan itu kita. Bahkan bukan cuma kesulitan dan hajat di dunia saja.
Mereka nanti pada hari yang sangat besar sekali, kenapa dibilang hari yang sangat besar sekali? Ya, gimana enggak besar sekali, orang baru denger suara ledakan di dalam pesawat aja, orang udah lompat dari sayap pesawat. Orang udah sebegitu paniknya nyari pertolongan supaya bisa selamat.
Nah, di hari yang sangat besar itu, ada hari kiamat, ada hari di dalam kubur, ada hari di padang mahsyar sebelum hisab, ada juga hari hisab. Wah, itu hari-hari yang kesulitan dunia mah eng gak seberapa. Dan di hari besar itu pun, kita akan menjadi yang ditolong, dibantu, diringankan, bahkan dilepaskan.
Kata Allah, engkau bakal ditolong, dan bakal diberikan rezeki, dengan orang-orang lemah di sekitar kalian semua. Dengan orang-orang susah di sekitar kalian semua. Dengan orang-orang fakir di sekitar kalian semua. Dengan orang-orang miskin di sekitar kalian semua. Bakal ditolong. Bakal dikasih rezeki.
Jadi, konsepnya harus dibalik.
Ketika kita menolong anak yatim dengan memberi dia jajan, pakaian, SPP, sesungguhnya kita sedang menolong diri kita sendiri. Kita yang nyari.
Di mana ya, ada anak yatim untuk diberikan pertolongan? Di mana ya, ada orang sakit yang harus dibawa ke RS ? Di mana ya, ada orang fakir miskin yang harus dibantu dan ditolong? Di mana ya, ada ibu-ibu hamil yang tidak punya uang untuk periksa janinnya? Di mana ya, ada orang yang kelaparan yang bisa saya bagi beras, minyak, telor, ayam, daging, buah-buahan? Siapa ya, yang sedang dalam keadaan sedih hatinya yang kemudian bisa saya gembirakan?
Kenapa? Karena ketika kita menolong mereka, hal jazaa’ul ihsaan illal ihsaan. Sesungguhnya kita tengah menolong diri kita sendiri. Maka kalau konsepnya seperti ini, harusnya nolong orang tuh jadi enteng aja gitu.