Ankara, Teritorial.Com – Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan operasi militer pasukan Turki untuk memukul mundur serangan pasukan pemerintah Suriah terhadap pemberontak di barat laut negara itu hanya tinggal menunggu waktu, terutama setelah perundingan dengan Rusia sudah gagal. “Kami memasuki hari terakhir bagi rezim untuk menghentikan permusuhan di Idlib, kami membuat peringatan terakhir,” kata Erdogan saat berbicara dengan anggota parlemen dari Partai AK, Kamis (20/2).
Erdogan mengatakan Turki masih ingin menjadikan Idlib sebagai zona aman. Pembicaraan dengan Rusia pun akan dilanjutkan. Ia mengatakan sejauh ini beberapa perundingan diplomatik gagal meraih kesepakatan. “Turki telah melakukan persiapan untuk menggelar rencana operasi sendiri, saya katakan kami dapat datang di titik mana pun, serangan di Idlib hanya masalah waktu,” katanya.
Erdogan mengancam akan melancarkan operasi militer besar-besaran di Provinsi Idlib, Suriah, akhir bulan ini jika Damaskus tidak menarik mundur pasukan Suriah dari posisi tentara Turki di wilayah itu. “Operasi (militer) di Idlib tidak terelakkan. Kita sedang menghitung mundur. Kami sedang memberi peringatan terakhir,” kata Erdogan di hadapan anggota parlemen dari partainya.
Erdogan menuturkan Turki bertujuan menjadikan Idlib zona aman apa pun risikonya meski pembicaraan dengan Rusia yang mendukung pasukan Suriah terus berlanjut. “Kami tidak akan menyerahkan Idlib kepada rezim Suriah yang tidak paham dengan tekad kami dan kami menolak siapa pun yang mendesak kami untuk melakukannya,” kata Erdogan.
Namun Rusia memperingatkan Turki agar tidak melakukan intervensi di Suriah. Negeri Presiden Vladimir Putin itu menganggap Ankara memblokir upaya PBB untuk mengakhiri serangan brutal rezim Damaskus pada lokasi terakhir para pemberontak. Pernyataan ini disampaikan Rusia di tengah pembicaraan damai yang sebelumnya dilakukan kedua negara.
Suriah dan Turki sendiri berada di pihak yang berseberangan dalam perang di Barat Laut Suriah ini. Di mana Rusia pro ke pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Sedangkan Turki merupakan pihak yang kontra. Militer Rusia bahkan menilai Turki seharusnya tak membela “kelompok teroris” di Idlib.