Jakarta, Teritorial.Com – Indonesia dikabarkan akan membeli pesawat angkut militer jenis MV-22 Block C Osprey Amerika Serikat (AS). Kabar ini bermula dari pernyataan resmi lembaga pertahanan AS pada 6 Juli lalu.
Dalam siaran persnya, Badan Kerja Sama Pertahanan Keamanan AS (Defense Security Cooperation Agency/DSCA) yang dikeluarkan di Washington DC, AS (6/7), memberikan lampu hijau terkait pengajuan pembelian delapan pesawat militer Osprey kepada pemerintah Indonesia.
DSCA juga mengklaim telah mengirim notifikasi akan kemungkinan penjualan Osprey tersebut ke Kongres AS pada hari yang sama.
Dilansir dari Military, MV-22 Osprey merupakan pesawat produksi manufaktur Boeing dan Beli Textron yang juga dikenal sebagai pesawat unik karena memiliki kemampuan vertical takeoff dan landing (VTOL) layaknya helikopter. Pesawat ini juga memiliki kecepatan dan radius misi seperti pesawat fixed-wing serta memiliki kemampuan short takeoff dan landing (STOL).
Selain itu,rancangan baling-balingnya unik dan bisa diubah menghadap keatas atau kedepan. Saat take off dan landing, pesawat ini biasanya dioperasikan dalam mode helikopter dengan nasel vertikal dan rotor horizontal. Setelah terbang, nasel dirotasikan 90 derajat kedepan untuk melakukan penerbangan horizontal, menjadikan pesawat dalam mode turboprop konvensional yang lebih efisien dan cepat.
Pesawat ini di desain dengan menggabungkan kelebihan fungsionalitas dari helikopter konvensional dengan performa jarak jauh dari pesawat terbang turboprop (berbaling-baling).
Dengan teknologi dan sistem oeprasional pesawat tersebut maka akan sangat cocok untuk mengangkut personil dan peralatan tempur ringan dan dapat menjangkau tempat-tempat yang tidak ada landasannya, dengan cepat.
Banyak pulau-pulau di Indonesia tidak mempunyai lapangan terbang yang memadai, bahkan ada pulau yang tidak memiliki lapangan terbang sama sekali. Jika ada ancaman di pulau tersebut, pesawat ini bisa dipakai mengangkut tentara dan peralatan tempur secara cepat kemudian mendarat di pulau tersebut dengan mode helikopter.
Namun, harga V-22 tergolong sangat mahal. Harga satu unitnya mencapai 72 juta dolar AS, jauh lebih mahal dari Helikopter Chinook (yang sudah masuk dalam radar pembelian Kemenhan) yang harganya 39 juta dolar AS.
Untuk menerbangkan Bell Boeing V22 Osprey dibutuhkan biaya 11.000 dolar AS per jam dibandingkan Helikopter Chinook sebesar 4.600 dolar AS per jam.
Mahalnya pesawat ini tentu sulit untuk diterima pasar. Sejauh ini, selain AS, baru Jepang yang sudah mengoperasionalkannya. Sementara negara lain, seperti India, Israel, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab, baru berstatus sebagai potensial customer.
Di tambah lagi dari laman ini, diketahui bahwa pesawat ini juga cukup sering mengalami insiden bahkan kecelakaan yang fatal, tepatnya 42 kasus dengan 30 kematian. Di Jepang sendiri, pesawat ini juga tak luput dari kecelakaan.