CHENGDU, Teritorial.com – China resmi menutup konsulat Amerika Serikat ( AS) di Chengdu pada Senin (27/7/2020) pukul 10.00 waktu setempat.
Penutupan ini dilakukan sebagai upaya balas dendam atas ditutupnya konsulat China oleh AS di Houston, Texas.
AFP memberitakan, bendera AS telah diturunkan di gedung konsulat Chengdu.
Kemudian Reuters mewartakan, polisi di Chengdu telah menutup akses masuk ke konsulat itu mulai pagi hari ini.
Sebanyak 4 petugas dengan pakaian pelindung berkeliling memeriksa keadaan di sekitar konsulat Chengdu pada pukul 10.24 siang waktu setempat.
Televisi pemerintah China CCTV melalui reporternya di lapangan, mengunggah video di Weibo yang menunjukkan bendera Amerika di depan konsulat Chengdu diturunkan pada pukul 6.18 pagi waktu setempat.
Sebelumnya pada Minggu malam (26/7/2020), sebuah crane terlihat memasuki kompleks konsulat untuk mengangkat setidaknya satu kontainer ke sebuah truk besar.
Lalu pada Sabtu malam (25/7/2020), seorang pekerja terlihat melepas pajangan-pajangan di luar pintu masuk utama.
Hubungan AS dengan China yang merupakan dua negara poros perekonomian dunia, memburuk sejak beberapa puluh tahun ke belakang.
Penyebabnya beragam, mulai dari konflik perdagangan dan teknologi, pandemi Covid-19, klaim teritorial di Laut China Selatan, dan UU Keamanan Nasional di Hong Kong.
China Balas Tutup Konsulat AS di Chengdu China memerintahkan penutupan konsulat AS di Chengdu pada Jumat (24/7/2020), setelah Washington pekan lalu memberi China waktu 72 jam untuk mengosongkan konsulatnya di Houston.
Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataannya mengatakan, langkah itu merupakan “tanggapan sah dan perlu terhadap tindakan tak masuk akal dari Amerika Serikat”.
“Situasi ini dalam hubungan AS-China bukanlah apa yang ingin dilihat China, dan AS bertanggung jawab atas semua ini,” demikian lanjutan bunyi pernyataan tersebut yang dikutip AFP.
Sementara itu alasan penutupan dari AS adalah tuduhan pencurian properti intelektual oleh China, yang terjadi sehari setelah Departemen Kehakiman mendakwa 2 warga China atas tuduhan meretas ratusan perusahaan, dan berusaha mencuri data penelitian vaksin Covid-19.