Moscow, Teritorial.com – Konflik yang kian berkecamuk di Suriah menjadi perhatian khusus pemerintah AS saat ini. Pasukan Koalisi pimpinan AS terus menggempur camp-camp pasukan ISIS di Utara Suriah, sedangkan disaat yang bersamaan Pemerintah Turki tetap tidak menarik pasukannya atas wilayah yang didukunya sejak deklarasi perang melawan militan Kurdi.
Menyikapi hal tersebut sebagaimana negara hegemon AS mengambil tindakan pencegahan dengan menempatkan sejumlah dua kapal perang AS telah dikerahkan ke Laut Hitam dengan dalih melakukan operasi keamanan. Pada hari Sabtu, kapal USS Carney—kapal perusak Arleigh Burke-class—bergabung dengan kapal kapal perang AS lainnya, USS Ross, di perairan Laut Hitam.
Dilansir dari Russia Today (20/2/2018), pejabat Rusia menyebut pengerahan dua kapal jenis perusak itu sebagai tindakan provokasi. “AS mencari reaksi terhadap perilaku provokatifnya, yang bisa menjadi alasan untuk tindakan yang lebih serius dari pihak Amerika dan sekutunya,” kata Wakil Kepala Komite Pertahanan Duma Negara Rusia, Yury Shvytkin.
Alasan AS menempatkan kapal-kapal perang mereka di Laut Hitam dianggap tidak rasional olah Rusia, alih-alih sebagai bagian dari misi kehadiran regional proaktif di laut hanya akan kembali menambah masalah keamanan diwilayah konflik tersebut. “Siapa yang akan mereka lindungi dan dari siapa? Amerika memperparah situasi. Sudah ada dua kapal Amerika di daerah tersebut. Tentu saja, kejadian ini hanya bisa menjadi alarm bagi kami,” ujarnya, yang dilansir Senin (19/2/2018).
Rusia yang telah lama memiliki kedekatan khusus dengan rezim berkuasa di Suriah sangat khawatir manuver politik yang tengah dijalankan oleh Donald Trump. Disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov meminta AS menghormati kedaulatan dan integritas teritorial negara-negara di Timur Tengah.
“Ketakutan seperti itu muncul saat kita berkenalan dengan rencana bahwa AS mulai menerapkannya di lapangan, terutama di sebelah timur sungai Efrat, di wilayah yang luas antara sungai ini dan perbatasan dengan Suriah dengan Irak dan Turki,” ujarnya.
Lavrov khawatir dibalik misi terselubung AS perang melawan ISIS, menjadi sekutu terdekat Suriah wajar jika Lavrov sedari awal menyangkal jika bentukan pasukan Koalisi AS perang melawan Suriah menyimpan misi selanjutnya yakni memerangi dan mengulingkan kekuasaan pemerintah Suriah saat ini.
“Sayangnya, dengan semua pernyataan tentang perlunya menyatukan upaya dalam memerangi kejahatan umum ini (terorisme), masih ada keinginan untuk menggunakan situasi ini untuk tujuan berpikiran geopolitik dan upaya terus bergerak menjauh dari kerja kolektif yang sesungguhnya”, tutupnya. (SON)