JAKARTA, Teritorial.com – Hargai dan hormati jasa para Pahlawan Kusuma Bangsa, TNI Angkatan Laut (TNI AL) memakamkan kembali jasad para syuhada bangsa yang jasadnya telah menjadi tanah, yang merupakan korban kekejaman tentara Belanda pada tahun 1947 ke komplek monumen perjuangan TNI AL Wana Samudera, Kalibakung, Tegal, Jawa Tengah dalam suatu upacara militer, Jumat (30/7).
Sehari sebelumnya jasad para pejuang korban 70 tahun lalu yang berada di Bukit Tempeh digali untuk dipindahkan di tempat yang lebih layak di Wana Samudera. Penggalian makam yang merupakan tempat pembantaian para pejuang yang terdiri para ulama dan pejuang ALRI disaksikan keluarga para ahli waris. KH Muhammad Syafei Bin Mukti dan H. Yahya bin Sejan.
Upacara pemakaman para pejuang oleh Pangkalan TNI Angkatan Laut Tegal yang dipimpin Letkol Marinir Ridwan Aziz, M.Tr. Hanla., CHRMP. ini disaksikan para prajurit TNI Angkatan Laut, Kadisjarahal Laksamana Pertama TNI Supardi, S.E., M.B.A., CHRMP, Kadisbintalal Laksamana Pertama TNI Drs. Ian Heryawan, Keluarga ahli waris dan Masyarakat serta para ulama dan tokoh masyarakat diantaranya Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya (Habib Luthfi).
Informasi adanya makam yang merupakan tempat pembantaian didapatkan dari masyarakat bahwa pada tahun 1947 telah terjadi pembantaian pihak tentara Belanda kepada para Ulama dan pejuang ALRI. Menurut saksi mata Suwarno saat itu berusia sekitar 10 tahun melihat kejadian adanya ulama bersama pejuang ALRI diberondong senapan setelah sebelumnya disuruh menggali lobang. Hasil laporan tersebut ditindaklanjuti TNI AL dengan melaksanakan riset dan penelitian memang pada waktu itu telah terjadi bencana kemanusian berkaitan dengan pembantaian tersebut.
Hasil dari penggalian di tempat tersebut ditemukan berupa proyektil dan bekas selongsong peluru dan ikat kepala yang masih tertingal yang diyakini milik H. Yahya bin Sejan, hal ini diyakini para ahli warisnya bahwa waktu kejadian H. Yahya memakai ikat kepala yang ditemukan.