Bogor, Teritorial.com – Maraknya isu penyerangan terhadap ulama akhir-akhir ini tidak lain merupakan upaya adu domba terhadap ummat Islam dan bangsa Indonesia secara garis besar.
Sebagaimana pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang mengutip kalimat Proklamator RI, Soekarno, saat ditanya oleh Pimpinan Majelis Al Ihya Insan Kamil Bogor tentang kasus “orang gila” yang marak melakukan kekerasan terhadap ulama.
Dihadapan sebanyak 5000 lebih jamaah hadir dalam pengajian tersebut, Gatot menjelaskan bahwa pihak asing sangat dimungkinkan ikut terlibat dalam isu SARA tersebut. Apa tujuannya apalagi kalo bukan untuk menguasai Indonesia dengan segudang kekayaan alam yang kita miliki bersama”, Ujar Mantan Panglima TNI.
“Di Maluku pernah dicoba di adu domba antara Islam dengan Nasrani, di Poso hal yang sama juga terjadi. Di Kalimantan Barat suku Dayak dengan Madura. Usaha tersebut gagal dan tidak meluas secara nasional,” ujarnya sebagaimana keterangan tertulis yang diterima, Minggu (25/2).
Jenderal Gatot menjelaskan bahwa saat ini para ulama sedang memainkan peran sentral dalam mendinginkan suasana. Namun di tengah aksi itu, ada yang menginginkan Indonesia seperti Suriah, yaitu adu domba sesama Islam. “Sebab cara yang paling mudah menghancurkan Indonesia adalah melalui ancaman kepada para ulamanya,” sambungnya.
Dia menjabarkan bahwa ulama sejatinya adalah pewaris ajaran nabi. Bahkan, kata Gatot, ada hadist yang menyebut satu ulama setara dengan 10 ribu umat. “Dalam surat Ali-Imran 18 para ulama malah disejajarkan dengan malaikat,” urainya menukil Alquran.
Para ulama dan ajaran yang dibawa, sambung Gatot, dapat menjaga sebuah negara dari azab Allah SWT. Kalau sudah tidak ada lagi ulama, negara ini bisa sangat mudah dihancurkan. “Oleh karenanya sekali lagi saya menyampaikan agar kita selalu waspada. Bahwa perbedaan adalah ciptaan-Nya. Simpan dalam-dalam perbedaan, mari tonjolkan persamaan. Umat Islam, TNI dan Polri bersama menjaga para ulama. Maka mari kita satukan hati untuk Indonesia,” ajak Jenderal Gatot.
Di Indonesia, peran ulama dalam pendirian negara sangat besar. Sejarah mencatat, revolusi jihad adalah hasil inisiatif dari KH Hasyim Ashari. KH Hasyim Ashari kemudian bersama “Singa Siliwangi” KH Abbas bin Abdul Jamil memimpin pasukan jihad berperang melawan sekutu.
“Ini semua terjadi pada saat TNI (BKR) baru berumur 35 hari. Tidak bisa dipungkiri peran umat Islam melalui para ulamanya sangat besar dalam perjuangan kemerdekaan lalu,” tukasnya. (SON)