Jakarta, Teritorial.com – Rusia dan Inggris jatuh ke dalam jurang resesi setelah pertumbuhan ekonomi minus untuk dua kuartal berturut-turut. Resesi yang dialami dua negara di luar Uni Eropa itu diproyeksi akan segera menular ke negara-negara Uni Eropa lainnya.
Bank Sentral Eropa (ECB) melihat kemungkinan peningkatan resesi di 19 negara yang menggunakan mata uang euro.
Penyebab utamanya adalah melonjaknya harga energi dan inflasi tinggi akibat perang Rusia di Ukraina. Hal itu meningkatkan risiko kerugian perbankan dan gejolak di pasar keuangan.
“Masyarakat dan perusahaan sudah merasakan dampak kenaikan inflasi dan perlambatan aktivitas ekonomi,” kata Wakil Presiden ECB Luis de Guindos seperti dilansir Associated Press, Jumat (18/11/2022).
“Risiko terhadap stabilitas keuangan telah meningkat, sementara resesi teknis di kawasan euro menjadi lebih mungkin terjadi,” ujar de Guindos.
Data yang terdapat dalam laporan ECB yang dirilis pada Rabu (16/11/2022) menunjukkan, peluang terjadinya resesi di zona euro dan Inggris Raya pada setahun depan sebesar 80 persen dan di Amerika Serikat sebesar 60 persen.
Ada 27 negara yang menjadi anggota Uni Eropa. Lebih dari setengahnya mengalami inflasi dua digit pada Oktober lalu, yaitu Jerman 11,6 persen, Belanda 16,8 persen, Italia 12,8 persen, dan Slowakia 14,5 persen.
Di wilayah Baltik, seperti Estonia-Lihtuania-Latvia bahkan inflasinya mencapai 21 persen. Sementara Prancis inflasinya paling rendah di kawasan Uni Eropa yaitu 7,1 persen.