Berakhirnya Perang Dingin 1990an menjadi awal formulasi kerja sama Amerika Serikat (AS) -India di bidang ekonomi perdagangan maupun keamanan dan pertahanan. Mengusung mekanisme kerja sama Government to Government, mulai dari pemerintahan yang demokratis hingga kebijakan global AS anti-terrorisme menjadi titik sentral yang kemudian mengawali keberpihakan India terhadap AS (Scott, 2012).
Untuk pertamakalinya Bilateral Malabar naval Exercises pada tahun 1992 diselenggarakana sebagai kedekatan simbolis megenai hubungan diplomatik kedua negara. Bersamaan dengan perubahan dinamika politik internasional terkait kebijakan global AS Global War on Terror (GWOT), India memberikan ijin kepada kapal-kapal perang AS selama operasi Taliban di Afganistas yang kemudian berlanjut ke Al-Qaeda, perang Irak (Scott, 2012).
Kaitannya dengan Indo-Pasifik, Quadrilateral Security Dialogue (QSD) pertama tahun 2007 memperkenalkan apa yang dimaksud dengan Indo-Pasifik sebagai bentuk transformasi kawasan yang mana samudera Hindia menjadi alasan utama keterlibatan India dalam pembentukan kembali arsitektur keamanan kawasan. Tidak hanya sebagai representasi kekuatan dominan di samudera Hindia, India menempati perannya sebagai proxy AS yang menjamin rute pelayaran internasional (Scott, 2012).
Kemudian keberadaan India-Jepang-AS dalam Malabar Exercises sejak tahun 2012 merupakan bentuk pendalaman kerjasama keamanan maritim antara tiga negara tersebut. Secara langsung mengindikasikan bahwa ketiga negara telah mempersiapkan diri menghadapi skema balance of power yang telah lama sebelumnya mendominasi geopolitik kawasan Asia-Pasifik sejak fenomena kebangkitan Tiongkok. Mengawali perluasan kerja sama India dalam keamanan maritim, bersama AS dan negeri matahari tersebut, merupakan bentuk komitmen nyata yang mendukung pencapaian Indo-Pasifik sebagai upaya balance of power terhadap Tiongkok.
Tidak dapat dikesempingkan bahwa dominasi militer Tiongkok seperti di LCS dan Laut Timur telah menimbulkan ancaman nyata terutama bagi hegemoni AS. Tidak cukup dominasinya atas wilayah perairan LCS, Tiongkok kemudian secara sepihak melakukan supermasi wilayah udara dengan mendeklarasikan Air Defense Identification Zone (ADIZ) tepat di wilayah udara pulau Senkaku/Diaoyu yang sampai dengan saat ini masih berstatus sengketa dengan Jepang.
Berlanjut pada mega proyek global One Belt One Roots (OBOR), sebagai langkah deterrence terhadap sekutu AS, Tiongkok secara bersamaan juga memperkuat Angkatan Laut Sri Lanka, Myanmar, Pakistan, Bangladesh. Hal tersebut dilakukan guna mengimbangi dominasi militer India di Samudera Hindia. Mendukung kemajuan militer negara-negara yang terbilang bersebrangan dengan India khususnya Pakistan juga merupakan bentuk proxy Tiongkok guna menghadirkan perimbangan kekuatan di Samudera Hindia (Rinehart & Elias, 2015).
Dengan Alasan tersebut pertumbuhan pengaruh Tiongkok di kawasan merupakan faktor utama yang mendorong pentingnya langkah strategis ketiga negara AS-India dan Jepang menyiasati kembali strukturisasi keamanan kawasan. Melalui Indo-Pasifik, ketiga negara tersebut menformulasikan langkah antisipasi terhadap ancaman keamanan khususnya terhadap domain maritim (Miller, 2107).
Perdana Menteri India Narendra Modi dalam pertemuan pertama U.S-India summit meeting sejak terpilihnya Trump sebagai presiden AS juni 2017 lalu, menegaskan bahwa diperlukan perluasan kerja sama yang juga menyasar pada pembentukan geopolitik kawasan. Hal tersebut mengingatkan kembali pada apa yang sebelumnya ditawarkan oleh Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dalam kunjungan kenegaraan di India tahun 2007 lalu. Kesamaan konteks geografis, layaknya sebuah konfigurasi yang terjadi secara alamiah dimana baik India maupun Jepang berada pada titik pusat dua Samudera yakni Pasifik dan Hindia (Miller, 2107).
Saling keterhubungan dalam domain maritim menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kedua negara untuk melakukan kerja sama lintas-samudera. Joint statement yang dilakukan berhasil mempolarisasi pembentukan aliansi strategi Jepang dan India dalam meyambut baik “Open and Free Indo-Pacific Region”. Sebagai bentuk konfigurasi mendalam dimana baik India maupun Jepang terlibat dalam perluasan mekanisme kerja sama, bersama AS yang secara keseluruhan mendukung transformasi struktural mengenai geopolitk kawasan. Dengan kata lain, perubahan istilah Asia-Pasifik menjadi Indo-Pasifik secara tidak langsung merupakan bagian dari “ratifikasi” struktural terhadap eksistensi India (MOFA, 2017).
Kemudian skema “Open and Free Indo-Pacific Region” menuntut agar keterlibatan India di Indo-Pasifik juga berbasis pada kekuatan ekonomi, investasi, guna saling meningkatkan ketergantungan dalam meyinkapi peluang kerja sama ekonomi di kawasan. Dengan demikian India akan sangat berpotensi dalam memainkan peranan penting bagi AS guna mencegah pengaruh Tiongkok di Asia (IDSA, 2016).
Sudah menjadi rahasia umum jika India sebagai representasi kekuatan di Samudera Hindia merupakan kepanjangan dari kepentingan AS. Sebut saja Indian Ocean Region Enunciated 2015 yang kemudian dilanjutkan dengan The US-India Joint Strategic Vision, hingga kunjungan Menteri Pertahanan AS ke India pada tahun 2016 lalu, tidak hanya menggambarkan langkah kooperatif AS, namun juga bentuk dari proyeksi masa depan Indo-Pasifik. Dikatakan sebagai kepanjangan tangan AS, merupakan indikasi kuat bahwa India berada pada posisi strategis ditengah persaingan antara AS-Tiongkok (House, 2015).
Sony Iriawan S.IP, M.Si (Han) Pemerhati Studi Geopolitik dan Keamanan Internasional
Referensi
Ghosh, M. (2017). India’s Strategic Convergence with Japan in the Changing Indo-Pacific Geopolitical Landscape, East-West Center. Asia-Pacific Bulletin NO: 3 92, 2.
House, T. W. (2015, 1 25). US-India Joint Strategic Vision for the AsiaPacific and Indian Ocean Region. Retrieved 1 2018, from whitehouse.gov: https://www.whitehouse.gov/the-pressoffice/2015/01/25/us-india-joint-strategic-vision-asia-pacific-andindian-ocean-region.
IDSA. (2016, 5 25). India’s Approach towards IndoPacific Triangularity, Institute for Defence Studies and Analyses. Retrieved 1 2018, from idsa.in: https://idsa.in/idsanews/indias¬approach¬towards¬indo¬pacific¬triangularity
Miller, J. B. (2107). The US-Japan-India Relationship: Trilateral Cooperation in the Indo-Pacific. Chicago Council on Global Affairs, 2.
MOFA. (2017, 8 22). “Confluence of the Two Seas, the Parliament of the Republic of India”. Retrieved from mofa.go.jp: http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/pmv0708/speech-2.html
Rinehart, I. E., & Elias, B. (2015). China’s Air Defense Identification Zone (ADIZ). Congressional Research Service, 18.
Scott, D. (2012). The “Indo-Pacific”—New Regional Formulations and New Maritime Frameworks for US-India Strategic Convergence. Asia-Pacific Review Vol. 19, No. 2, 97.