Pete Hegseth, Sosok Kontroversial Pro-Israel Dipilih Trump Jadi Menhan

0

Jakarta, Teritorial.com – Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, masih terus menominasikan nama-nama untuk posisi kabinetnya. Terbaru, presiden dari Partai Republik itu memutuskan untuk menunjuk Pete Hegseth sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) AS.

Dalam laporan Al Jazeera, Rabu (13/11/2024), Hegseth merupakan pembawa acara Fox News dan veteran militer. Ia merupakan tokoh yang vokal untuk mendukung Israel dan memiliki sikap yang bertentangan dengan Iran.

Trump mengatakan bahwa Hegseth merupakan figur yang tangguh, cerdas, dan penganut sejati prinsip America First. Hal ini nampak dari buku karangannya yang menjadi best seller, The War on Warriors: Behind the Betrayal of the Men Who Keep Us Free.

“The War on Warriors, best selling, mengungkapkan pengkhianatan sayap kiri terhadap pejuang kita, dan bagaimana kita harus mengembalikan Militer kita ke meritokrasi, efektivitas, akuntabilitas, dan keunggulan,” kata Trump.

Profil Hegseth

Setelah lulus dari Universitas Princeton pada tahun 2003, Hegseth masuk ke militer dan ditugaskan sebagai kapten infanteri di Garda Nasional Angkatan Darat, bertugas di luar negeri di Afghanistan dan Irak serta di Teluk Guantanamo. Ia dianugerahi dua Medali Bintang Perunggu untuk dinas militernya.

Setelah dinas militer, Hegseth sempat mencoba peruntungan untuk mencalonkan diri sebagai Senat di Minnesota pada tahun 2012. Namun ia gagal.

Ia pun kemudian memutuskan untuk bergabung dengan Fox News sebagai kontributor pada tahun 2014. Sekarang Hegseth menjadi salah satu pembawa acara Fox and Friends Weekend serta menjadi pembawa acara Fox Nation.

Hegseth dikenal sempat membela anggota angkatan bersenjata yang dituduh melakukan kejahatan perang dan pada tahun 2019, ia mendesak Trump untuk mengampuni anggota angkatan bersenjata AS yang dituduh melakukan kejahatan perang.

Menurut The Washington Post, lobi Hegseth terhadap Trump pada tahun 2019 menghasilkan pengampunan bagi dua anggota angkatan bersenjata yang dituduh melakukan pembunuhan, dan pemulihan pangkat bagi orang ketiga yang dinyatakan bersalah karena berpose dengan mayat di Irak.

Sikapnya soal Israel, NATO, dan China

Hegseth telah bersikap pro-Israel dalam liputannya tentang perang di Gaza dan menjuluki solusi dua negara sebagai “omong kosong”. Ia membuat serial, Battle in the Holy Land: Israel at War, tentang perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza dan mewawancarai Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada bulan Maret.

“Wawancara saya dengan PM Israel @netanyahu hari ini. Israel membutuhkan dukungan kita!” ia memposting di X pada bulan Maret.

Sebagai seorang Kristen evangelis, ia memandang konflik Israel-Palestina melalui sudut pandang Alkitab.

“Ini bukan tanah mistis yang dapat diabaikan. Ini adalah kisah tentang umat pilihan Tuhan. Kisah itu tidak berakhir pada tahun 1776 atau pada tahun 1948 atau dengan berdirinya PBB. Semua hal ini masih bergema dan penting saat ini,” kata Hegseth dalam sebuah wawancara tahun 2016 dengan Jewish Press.

Hegseth juga bersikap keras terhadap Iran. Ia menyebut Teheran sebagai “rezim jahat” setelah terbunuhnya Jenderal Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds, pada tahun 2020.

Di panggung Eropa, Hegseth telah bersikap sangat kritis terhadap sekutu-sekutu Washington dalam aliansi NATO. Pemilihannya dapat memicu kecemasan yang lebih besar di kalangan anggota NATO tentang apa arti pemerintahan Trump bagi aliansi tersebut.

“Ketinggalan zaman, kalah persenjataan, diserang, dan tidak berdaya. Mengapa Amerika menjadi ‘nomor kontak darurat’ Eropa selama seabad terakhir, harus mendengarkan negara-negara yang sok suci dan tidak berdaya yang meminta kita untuk menghormati pengaturan pertahanan yang sudah ketinggalan zaman dan berat sebelah yang tidak lagi mereka jalankan?,” tulis Hegseth dalam bukunya.

“Mungkin jika negara-negara NATO benar-benar mengeluarkan uang untuk pertahanan mereka sendiri. Tetapi mereka tidak melakukannya. Mereka hanya meneriakkan aturan-aturan tersebut sambil menghancurkan militer mereka dan berteriak kepada Amerika untuk meminta bantuan.”

Ia juga mengatakan invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 tampaknya merupakan ‘perang balas dendam Putin’. Sikapnya ini sama dengan Trump, yang mengkiritk bantuan AS kepada Kyiv.

“Jika Ukraina dapat mempertahankan diri, bagus. Tetapi saya tidak ingin intervensi Amerika masuk jauh ke Eropa dan membuat (Putin) merasa seperti dia sangat tertindas,” kata Hegseth.

Di Asia Pasifik, ia mengatakan China sedang membangun militer ‘yang didedikasikan khusus untuk mengalahkan AS’.

“Mereka memiliki pandangan jangka panjang spektrum penuh tidak hanya tentang dominasi regional tetapi juga global dan kita tidak punya pilihan lain,” kata Hegseth dalam podcast lain minggu lalu.

Penerimaan politik

Penobatan Hegseth sebagai Menhan menuai pro dan kontra. Politisi Partai Demokrat yang juga Komite Angkatan Bersenjata DPR, Adam Smith, mengatakan bahwa pengalaman Hegseth masih sangat kurang.

“Ada alasan untuk khawatir bahwa dia bukanlah orang yang cukup serius sebagai pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan yang cukup serius, untuk melakukan pekerjaan yang berhasil,” ungkap Smith

Mark Cancian, penasihat senior di Center for Strategic and International Studies, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Washington, DC, mengatakan kurangnya pengalaman senior Hegseth dalam keamanan nasional membuat semakin sulit untuk mendapatkan konfirmasi Senat.

“Saya pikir Trump sudah lelah bertengkar dengan menteri pertahanannya dan memilih orang yang akan setia kepadanya,” kata Cancian.

Namun Partai Republik telah memberikan acungan jempol. Ketua DPR Mike Johnson mengatakan Hegseth membawa banyak hal dan akan “berpikiran reformasi di bidang-bidang yang membutuhkan reformasi”.

Share.

Comments are closed.