Teritorial.com – Perusahaan teknologi raksasa Microsoft mengambil langkah untuk pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
Sekitar 6.000 karyawan atau sejumlah 3% dari total tenaga kerja tedampak dalam PHK ini.
Jumlah ini menjadi yang terbesar dalam dua tahun terakhir.
Diketahui sebelumnya Microsoft juga pernah memangkas 10.000 posisi di tahun 2023.
PHK baru-baru ini dilaporkan mencakup berbagai level jabatan, tim dan wilayah geografis, termasuk 1.985 orang yang terdampak di kantor pusat Microsoft di Redmond, Washington.
Meski bisnis perusahaan software tersebut sedang cuan, Microsoft tertap melakukan PHK massal.
Perusahaan melaporkan laba bersih kuartalan sebesar 25,8 miliar dollar AS (sekitar Rp 415 triliun) dan memberikan proyeksi yang positif pada akhir April lalu.
Saham Microsoft bahkan mencapai titik tertinggi tahun ini, ditutup pada harga 449,26 dollar AS (sekitar Rp7,2 juta) pada Senin.
Lantas, apa alasan Microsoft tetap memangkas ribuan karyawan meski bisnis perusahaan sedang solid?
Dalam pernyataannya, perusahaan yang didirikan oleh Bill Gates ini menyebut bahwa reorganisasi ini dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan dinamika pasar yang terus berubah dan memperkuat posisi perusahaan di masa depan.
Salah satu fokusnya adalah memangkas lapisan manajemen yang dianggap berlebih.
PHK kali ini juga bukan berbasis performa karyawan, berbeda dengan pemangkasan yang terjadi pada Januari lalu.
CEO Microsoft Satya Nadella sebelumnya sempat menyatakan bahwa perusahaan akan melakukan penyesuaian strategi penjualan, terutama menyusul pertumbuhan layanan cloud Azure yang melambat di luar lini kecerdasan buatan (AI).
(*)