Jakarta, Teritorial.com – Konflik antara Iran dan Israel membuat harga minyak mentah dunia mengalami lonjakan, bahkan berpotensi melebihi asumsi yang ditetapkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2025.
Karena kondisi tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengungkapkan hanya doa dan ikhtiar yang bisa selamatkan Indonesia dari dampak peningkatan eskalasi geopolitik ini.
“Katanya, harga minyak berpotensi naik melebihi asumsi di dalam APBN. Saya katakan, berdoa saja. Karena hanya doa dan ikhtiar kita secara internal yang bisa menyelamatkan kita,” katanya dalam Jakarta Geopolitical Forum IX/2025 Lemhannas RI, baru-baru ini.
Ketua Umum Partai Golkar tersebut juga menambahkan, di tengah pelik dunia, Indonesia tidak bisa berpangku tangan dan berharap pada negara lain.
Sebab, hampir seluruh negara di dunia juga memikirkan keselamatan negara mereka masing-masing.
“Terkait dengan ini, kita doakan saja agar perang ini selesai lah, supaya harganya (minyak mentah dunia) stabil,” ucap Bahlil.
Kendati demikian, ia mengaku akan terus memantau kondisi perdagangan minyak mentah dunia, seiring dengan masih dinamisnya perkembangan geopolitik di Timur Tengah.
Tak hanya itu, pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan melakukan kajian lebih lanjut terkait dinamika harga minyak mentah dunia, terutama jika menyentuh level di atas 82 dolar AS per barel.
“Dinamika di Timur Tengah, sampai tadi saya berangkat ke sini, saya mengikuti perkembangannya dengan jaringan yang saya punya, masih dinamis, naik turun, naik turun. Jadi yang terjadi hari ini belum tentu besok seperti ini. Kita lihat perkembangannya lagi sebelum kita bisa melakukan kajian,” tutur Bahlil.
Meskipun hubungan antara Iran dan Israel tengah bergejolak, Bahlil melihat harga minyak mentah dunia masih jauh dari asumsi APBN 2025.
Pada perdagangan Senin (23/6/2025) misalnya, minyak mentah Brent diperdagangkan di harga 71,48 dolar AS per barel, turun 5,53 dolar AS atau 7,2 persen.
Sementara West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun 5,53 dolar AS atau 7,2 persen ke level 68,51 dolar AS.
Sedangkan, mengutip Reuters, pada perdagangan Selasa (24/6/2025), Brent untuk pengiriman Agustus 2025 merosot 4,34 dolar AS, atau sekitar 6,1 persen, menjadi 67,14 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2025 turun 4,14 dolar AS, atau sekitar 6 persen, menjadi 64,37dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
“Asumsi APBN kita itu kan harga per barelnya itu 82 (dolar AS) per barel dan dalam beberapa bulan terakhir kan belum sampai pada angka 75-80 (dolar AS) belum ada, masih 75 (dolar AS) ke bawah. Artinya, secara APBN itu bagus. Tapi, kalau di atas 82 dolar AS per barel, itu pastikan ada perhitungan baru,” jelasnya.
(*)