Lembang, Teritorial.com – Festival musik orkestra Forestra kembali digelar untuk keempat kalinya di Orchid Forest Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Acara yang dijadwalkan berlangsung pada 30 Agustus 2025 ini mengusung konsep unik dengan menghadirkan pertunjukan orkestra di tengah hutan tanpa menebang satu pohon pun.
Barry Akbar, pendiri Forestra, menjelaskan bahwa gagasan festival ini muncul pada 2018 dan pertama kali terealisasi pada 2019. “Misi dan visinya sederhana: membuat orkestra di tengah hutan. Ide ini saya sampaikan kepada Mas Erwin (Gutawa) dan Jay (Subiakto). Sekali-kali membawa orkestra ke hutan,” ujarnya saat ditemui di Lembang, Rabu (2/7/2025) siang.
Menurutnya, banyak festival musik dengan jajaran artis serupa, namun yang membedakan Forestra adalah panggung alami di tengah hutan. “Di situlah keunikan Forestra, satu-satunya panggung di tengah hutan,” tegasnya.
Konsep Ramah Lingkungan Tanpa Tebang Pohon
Jay Subiakto, Direktur Kreatif Forestra, memastikan bahwa konser ini menerapkan konsep ramah lingkungan secara menyeluruh. “Tidak ada satu batang pohon pun yang ditebang. Saya sendiri yang memilih area ini sebagai hutan produktif. Tempat ini landai, berundak-undak seperti ruang konser, dengan hutan di dua arah,” jelasnya.
Subiakto juga memanfaatkan teknologi pemetaan video yang diproyeksikan langsung ke pepohonan, menciptakan pertunjukan visual yang spektakuler. “Pertunjukan harus memiliki pernyataan, bukan sekadar tampil. Motto kami jelas: tidak ada satu pohon pun yang ditebang, tetapi tambang harus tumbang,” tegasnya.
Kolaborasi dengan Greenpeace Indonesia
Forestra 2025 menjalin kerja sama dengan Greenpeace Indonesia untuk mendukung kampanye pencegahan kebakaran hutan. Barry Akbar mengumumkan bahwa sebagian hasil acara akan disumbangkan untuk pemasangan panel surya di Pulau Pari yang terdampak banjir dan membutuhkan pompa air.
“Pesan kami jelas: jaga lingkungan. Kami juga mengajak penonton turut serta dalam gerakan ini,” ujar Barry.
Sensasi Bermusik yang Berbeda
Erwin Gutawa, Direktur Musik Forestra, mengungkapkan ketertarikannya pada gagasan Barry. “Karena orkestra biasanya berkonsep dalam ruangan, ketika dibawa ke hutan, menjadi lain dan sangat menarik. Ini menawarkan sensasi bermusik yang berbeda,” katanya.
Gutawa juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas genre. “Kita harus multi-genre, menampilkan musisi berkarakter dan memiliki pernyataan bermusik. Saya paling suka berkolaborasi dan mendapatkan energi dari semua yang tampil,” tambahnya.
Jajaran Artis Beragam
Forestra 2025 menghadirkan deretan musisi dan grup musik ternama, antara lain Reza Artamevia, Sal Priadi, The SIGIT, Voice of Baceprot (VOB), Bernadya, Iksan Skuter, The Panturas, Oomleo Berkaraoke, Ensemble Tikoro, Raja Kirik, dan Erwin Gutawa Orchestra.
Rekti Yuwono dari The SIGIT menyebut Forestra sebagai ajang pembelajaran. Sementara Voice of Baceprot mengaku antusias meski sempat ragu. “Kami pernah dua kali berkolaborasi dengan Om Erwin, tetapi ini pertama kalinya di hutan. Sempat khawatir disuruh membaca partitur, tetapi ternyata diberi kebebasan,” canda mereka.
Dengan menggabungkan musik orkestra, alam, dan pesan lingkungan, Forestra 2025 diharapkan dapat memberikan pengalaman konser yang berkesan bagi para penonton sekaligus meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian lingkungan.