Jakarta,Teritorial.com – Kazakhstan resmi memulai pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertamanya di Desa Ulken, Wilayah Almaty, tepat di tepi Danau Balkhash. Proyek berkapasitas 2,4 gigawatt listrik (GWe) ini dipimpin perusahaan energi nuklir Rusia, Rosatom, dengan nilai investasi mencapai US$14–15 miliar (sekitar Rp230 triliun).
Peletakan batu pertama digelar pada Jumat lalu, dihadiri Kepala Badan Energi Atom Kazakhstan Almasadam Satkaliyev, Gubernur Wilayah Almaty Marat Sultangaziyev, dan Direktur Jenderal Rosatom Alexey Likhachev. Acara tersebut ditandai pengambilan sampel tanah sebagai bagian dari tahap awal pembangunan.
Rosatom menyebut tahap awal proyek akan difokuskan pada survei teknis untuk menentukan lokasi optimal dan penyusunan desain fasilitas. “Dimulainya survei di Ulken adalah langkah pertama menuju pembangunan PLTN berkapasitas besar pertama dalam sejarah modern Kazakhstan,” kata Likhachev.
Rencana pembangunan PLTN ini telah disetujui melalui referendum pada Oktober 2024, dengan lebih dari 70 persen suara mendukung. Meski demikian, proses kampanye dinilai terbatas, dan sejumlah aktivis penolak proyek mengaku mendapat tekanan, bahkan penahanan. Isu nuklir di Kazakhstan sensitif karena sejarah kelam negara tersebut sebagai lokasi 456 uji coba nuklir Uni Soviet di Semipalatinsk antara 1949–1989.
Pada Juni 2025, pemerintah Kazakhstan resmi menunjuk Rosatom sebagai pemenang tender, mengungguli China National Nuclear Corporation (CNNC), Électricité de France (EDF), dan Korea Hydro & Nuclear Power (KHNP). Dalam pengumuman yang sama, pemerintah juga menetapkan CNNC akan membangun PLTN kedua, serta kemungkinan besar memimpin proyek PLTN ketiga yang lokasinya dipertimbangkan di Kurchatov atau Aktau.
Wakil Perdana Menteri Pertama Kazakhstan, Roman Sklyar, menyatakan PLTN Ulken akan memiliki dua unit reaktor dan ditargetkan beroperasi pada 2035. Kesepakatan akhir proyek akan diserahkan ke parlemen untuk ratifikasi.
Peningkatan minat terhadap energi nuklir di Asia Tengah dipicu tingginya permintaan listrik, ketimpangan pasokan energi, dan infrastruktur yang menua. Kazakhstan dan Uzbekistan masih mengimpor listrik dari Tajikistan, sementara Uzbekistan juga mengimpor gas dari Rusia. Uzbekistan saat ini bekerja sama dengan Rosatom membangun PLTN di Wilayah Jizzakh, yang dijadwalkan mulai pengecoran beton pertama pada Maret 2026.
Sementara itu, Kyrgyzstan juga mempertimbangkan pembangunan PLTN skala kecil. Negara tersebut telah mencabut larangan penambangan uranium pada Juni 2024, membuka jalan bagi studi kelayakan pembangunan reaktor mini bekerja sama dengan Rosatom.
Penulis: Kayla Dikta Alifia, 12 Agustus 2025