TERITORIAL.COM, JAKARTA – Seorang prajurit Angkatan Laut Amerika Serikat, Jinchao Wei atau yang juga dikenal sebagai Patrick Wei, dinyatakan bersalah atas enam tuduhan spionase. Ia terbukti menyerahkan rahasia militer kepada intelijen China dengan imbalan uang.
Prajurit Wei, yang bertugas di Kapal USS Essex berbasis San Diego, diketahui memberikan berbagai dokumen rahasia militer dengan bayaran lebih dari 12.000 dolar AS dalam kurun waktu 18 bulan.
Kasus ini bermula pada Februari 2022, ketika Wei dihubungi oleh seseorang yang mengaku sebagai penggemar perkapalan, yang ternyata seorang agen intelijen China.
Meskipun sempat curiga, Wei tetap melanjutkan komunikasi melalui aplikasi terenkripsi. Ia menyerahkan foto, video, serta manual teknis kapal USS Essex, termasuk detail sistem persenjataan, mesin penggerak, hingga kerentanannya.
Jaksa mengungkap bahwa bukti yang diajukan dalam persidangan mencakup rekaman komunikasi digital, kuitansi pembayaran, hingga rekaman suara.
“Dia sepenuhnya sadar dengan apa yang dia lakukan. Ini murni spionase,” tegas jaksa, mengutip pengakuan Wei setelah ditangkap.
Rangkaian Bukti Spionase Wei
Berdasarkan bukti yang ada, jaksa mengungkap bahwa Wei berkomunikasi intens dengan agen China yang ia sebut sebagai “Big Brother Andy”.
Ia juga menjaga kerahasiaan hubungan mereka lewat aplikasi terenkripsi untuk komunikasi dan pembayaran, serta memakai perangkat baru yang disediakan agen.
Sebuah percakapan antara Wei dan ibunya juga menunjukkan bahwa ia menyadari dirinya sedang melakukan aksi spionase.
“Orang-orang China lain yang bertugas di Angkatan Laut AS masih mencari cara untuk mendapatkan uang tambahan dengan menjadi sopir taksi. Sementara saya hanya membocorkan rahasia,” tulis Wei kepada ibunya.
Wei ditangkap pada 2023 bersama Bintara Wenheng Zhao, yang diduga menerima lebih dari 14.800 dolar AS sebagai imbalan dari intelijen China atas informasi yang diberikan.
Zhao mengirimkan foto dan video terkait rencana latihan maritim berskala besar di kawasan Pasifik, perintah operasional, serta diagram kelistrikan dan cetak biru sistem radar Ground/Air Task Oriented Radar yang berada di Okinawa, Jepang.
Ia dinyatakan bersalah pada 2024 dengan hukuman 27 bulan penjara. Sementara itu, Jinchao Wei belum dijatuhi hukuman dan akan diumumkan pada 1 Desember 2025.
Spionase sebagai Instrumen Politik beserta Dampaknya
Kasus ini menegaskan bahwa spionase masih menjadi instrumen penting dalam rivalitas strategis antar negara.
Negara-negara besar seperti AS dan China, yang bersaing dalam militer, teknologi, hingga geopolitik, sama-sama mengandalkan intelijen untuk memperkuat posisi mereka.
Pengamat menilai perekrutan personel berpangkat rendah dengan imbalan finansial mencerminkan strategi low-cost, high-impact, yaitu cara memperoleh keuntungan besar dengan risiko relatif kecil.
Risiko yang ditimbulkan tidak hanya mengancam keamanan nasional AS, melainkan juga berpotensi merugikan mitra aliansinya seperti NATO, Jepang, dan Australia.
Hal ini juga dapat menganggu kepercayaan dalam berbagi informasi intelijen, terutama di tengah meningkatnya ketegangan di Asia-Pasifik terkait isu Taiwan dan Laut China Selatan.