JAKARTA, TERITORIAL.COM – Berbagai strategi untuk mendorong kinerja di tengah maraknya persaingan dengan industri rokok tanpa cukai disiapkan oleh PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
Direktur Gudang Garam Istata Siddharta mengungkapkan masalah yang ada di industri rokok sekarang ini adalah adanya sigaret kretek mesin (SKM) tanpa pita cukai atau pita cukai yang salah pelekatan.
Rokok jenis tersebut memiliki biaya nol untuk cukai.
“Dengan kondisi seperti ini, kalau bisa, mereka (pembeli)akan tetap mencari SKM dengan cukai nol daripada SKT dengan cukai Rp 6.600, apalagi SKM dengan cukai Rp 19.000,” katanya.
Istata juga menambahkan, saat ini hal tersebut jadi masalah terbesar dari industri rokok nasional.
Sebagai pelaku industri swasta, GGRM tidak mampu untuk melakukan tindakan hukum terkait industri rokok tanpa pita cukai tersebut.
“Paling ideal itu, penindakan rokok ilegal itu bukan dengan penindakan dengan cara hukum atau kekerasan, tetapi ciptakan suatu peraturan cukai yang memang memungkinkan industri rokok ilegal,” lanjutnya.
Di sisi lain, Direktur sekaligus Corporate Secretary Gudang Garam Heru Budiman menjelaskan bahwa sejak 2024 Gudang Guaram saat ini masih dalam proses untuk menambah varian dan produk segmen SKT demi meningkatkan pendapatan.
Dengan begitu, Gudang Garam dapat memenuhi permintaan yang muncul dari orang yang mencari rokok dengan harga lebih murah.
“SKT pada umumnya semuanya jauh lebih murah karena kenaikan cukai yang terjadi sejak 2020 itu lebih banyak di SKM,” tuturnya.
Bukan hanya itu, untuk mendorong kinerja Gudang Garam juga terus berupaya untuk mengikuti perkembangan zaman dengan menjajaki bisnis segmen rokok elektrik.
Heru mengatakan pihaknya juga telah mencoba untuk masuk ke bisnis rokok elektrik.
“Tidak terlalu banyak yang diharapkan karena rokok elektrik ini lebih banyak di level menengah ke atas,” ucapnya.
Sebagai informasi, Gudang Garam membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 117,16 miliar hingga semester I-2025.
Keuntungan Gudang Garam turun 87,34 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 925,5 miliar.
Diketahui dari laporan keuangannya yang disampaikan melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan laba tersebut disebabkan kerena GGRM mencatat pendapatan senilai Rp 44,36 miliar para paruh pertama 2025.
Angka tersebut turun 11,4 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 50,01 miliar.
Tak hanya itu, beban pokok penjualan dan pendapatan juga turun menjadi Rp 40,5 triliun. Kendati demikian, laba kotor GGRM yang dibukukan adalah Rp 3,7 triliun hingga Juni 2025.
Raihan itu turun dari Juni 2024 yang sebesar Rp 5,06 triliun.
Laba usaha Gudang Garam hingga semester I 2025 juga turun cukup dalam menjadi Rp 513,7 miliar dari Juni 2024 yang sebesar Rp 1,613 triliun.
Seiring dengan itu, pendapatan lainnya turun jadi Rp 148,7 miliar dari sebelumnya Rp 171,76 miliar.
Lalu, beban lainnya malah naik jadi Rp 2,3 miliar, dan perusahaan membukukan rugi kurs Rp 1,7 miliar dari sebelumnya mencatat laba Rp 39,3 miliar.
(*)

