TERITORIAL.COM, JAKARTA – Republik Demokratik Kongo (RDK) kembali menghadapi wabah Ebola di Provinsi Kasai.
Otoritas kesehatan melaporkan bahwa virus yang menyebar merupakan Zaire Ebola Virus, salah satu jenis paling mematikan.
Kasus Awal dan Jumlah Korban
Kasus wabah ebola bermula pada 20 Agustus 2025, saat seorang wanita hamil yang berusia 34 tahun masuk rumah sakit.
Lima hari kemudian ia meninggal, dan beberapa tenaga kesehatan yang merawatnya ikut tertular hingga akhirnya juga meninggal.
Hingga 15 September 2025, pihak medis mencatat 81 kasus positif dan 28 kematian, termasuk sejumlah tenaga kesehatan.
Gejala dari Ebola
Penularan virus ebola terjadi melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh penderita.
Masa inkubasi berlangsung 2 hingga 21 hari dengan gejala demam, rasa lelah, nyeri otot, dan sakit tenggorokan.
Jika penyakit semakin memburuk, penderita dapat mengalami muntah, diare, nyeri perut, ruam, pendarahan, hingga syok.
Praktik pemakaman tradisional yang melibatkan sentuhan fisik dengan jenazah juga berperan besar dalam penyebaran virus.
Vaksinasi Darurat oleh Pemerintah
Pemerintah Kongo bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) langsung menggelar vaksinasi menggunakan Ervebo (rVSV-ZEBOV) yang terbukti efektif melawan strain Zaire Ebola.
Selain itu, tim kesehatan juga menerapkan strategi ring vaccination yang sebelumnya berhasil menekan wabah Ebola di wilayah lain.
Strategi ini memvaksin orang yang melakukan kontak dekat dengan pasien, orang-orang di lingkaran kedua, serta tenaga medis.
Tantangan Penanganan di Kasai
Letak geografis Kasai yang terpencil membuat distribusi vaksin dan akses kesehatan berjalan lambat.
Selain itu, infrastruktur yang terbatas serta konflik bersenjata di beberapa wilayah semakin menghambat respons cepat.
Kondisi ini juga diperparah oleh mobilisasi penduduk ke kota besar seperti Tshikapa atau ke negara tetangga Angola yang memperbesar risiko penyebaran.
Strategi Pengendalian Wabah dan Imbauan
Dalam pengendalian wabah, petugas kesehatan mempercepat vaksinasi, mengisolasi pasien, dan melakukan pelacakan kontak erat untuk menahan laju penularan.
Upaya ini juga diperkuat oleh WHO yang menegaskan bahwa respons terkoordinasi dengan tim medis terlatih, fasilitas perawatan memadai, dan pasokan vaksin cukup dapat membatasi penyebaran virus.
Pemerintah juga mengimbau warga tetap waspada dengan menghindari kontak langsung dengan orang sakit, mengikuti aturan pemakaman aman, dan mematuhi protokol rumah sakit.