Dunia

Greta Thunberg dan Rima Hassan Jadi Korban Kekerasan Israel di Misi Flotilla Palestina

Greta Thunberg (kiri) dan Rima Hassan (kanan).

TERITORIAL.COM,JAKARTA – Kecaman terhadap tindakan aparat Israel terhadap peserta misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla (GSF) terus menggema di berbagai penjuru dunia. Di antara ratusan aktivis yang dideportasi dari Tel Aviv, terungkap kisah memilukan tentang kekerasan yang dialami para pejuang kemanusiaan, termasuk anggota Parlemen Eropa Rima Hassan dan aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg.

Ratusan aktivis yang ditahan sejak pekan lalu akhirnya dipulangkan ke negara masing-masing. Kementerian Luar Negeri Israel pada Senin (6/10/2025) mengumumkan telah mendeportasi 171 orang, sehingga total 341 aktivis dari lebih 470 peserta misi kemanusiaan itu kini telah dibebaskan.

Suasana haru bercampur kemarahan menyelimuti penyambutan para aktivis di Bandara Athena, Yunani. Ribuan warga membentangkan bendera besar Palestina sambil meneriakkan seruan “Palestina Merdeka!” dan “Hidup Flotilla!” sebagai bentuk solidaritas terhadap perjuangan kemanusiaan mereka.

Salah satu kisah paling menyita perhatian datang dari Rima Hassan, anggota Parlemen Eropa berkebangsaan Prancis-Palestina. Dalam wawancara di Athena, Hassan mengaku menjadi korban kekerasan aparat Israel. “Saya dipukuli oleh dua polisi saat mereka memaksa saya masuk ke dalam van,” ungkapnya.

Ia menceritakan bahwa dirinya bersama para aktivis lain ditahan dalam kelompok kecil berisi sekitar 15 orang di setiap sel, di bawah penjagaan ketat. Menurutnya, kondisi tersebut sengaja dibuat untuk melemahkan semangat dan mental para aktivis. “Itu seperti bentuk penyiksaan psikologis yang dirancang untuk menghancurkan moral kami,” ujarnya.

Sementara itu, Greta Thunberg yang turut bergabung dalam misi kemanusiaan ini kembali menyampaikan kritik keras terhadap sikap dunia internasional yang dinilainya gagal melindungi rakyat Palestina. “Sistem internasional kita telah mengkhianati Palestina. Dunia membiarkan genosida terjadi di depan mata mereka,” kata Thunberg setibanya di Athena, Selasa (7/10/2025).

Aktivis lingkungan berusia 22 tahun itu menegaskan bahwa partisipasinya dalam Global Sumud Flotilla merupakan bentuk tanggung jawab moral ketika para pemimpin dunia gagal menjalankan kewajiban hukum mereka untuk menghentikan pelanggaran kemanusiaan. “Kami memilih bertindak ketika pemerintah kami sendiri diam,” ujarnya.

Meski Thunberg enggan berkomentar soal perlakuan kasar yang dialaminya selama ditahan, laporan dari Kedutaan Besar Swedia serta kesaksian rekan aktivisnya, jurnalis asal Turki Ersin Celik, menguatkan dugaan adanya penyiksaan. Celik menyebut Thunberg sempat dijambak, diseret, dan bahkan dipaksa mencium bendera Israel oleh aparat yang menangkapnya.

Misi Global Sumud Flotilla sendiri merupakan upaya para aktivis internasional untuk menembus blokade Israel di Gaza dan mengirim bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina. Namun, alih-alih disambut dengan dialog, rombongan mereka justru menghadapi tindakan represif dari aparat Israel, meninggalkan luka dan amarah yang kini menyita perhatian seluruh dunia.

Kayla Dikta Alifia

About Author

You may also like

Dunia

Menteri pertahanan Indonesia dan Amerika Serikat kembali bertemu

Jakarta teritorial.com – Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, kembali bertemu dengan koleganya, Menteri Pertahanan Amerikat Serikat, James Mattis, di akhir acara
Dunia

Arab Saudi Gagalkan Serangan Rudal yang Targetkan Bandara

Jakarta territorial.com- Pasukan pertahanan Arab Saudi berhasil menggagalkan serangan rudal yang diluncurkan dari wilayah konflik di Yaman, Sabtu (4/11/2017) malam