TERITORIAL.COM,JAKARTA – Kesadaran masyarakat terhadap bahaya konsumsi gula berlebih kini semakin meningkat. Banyak orang mulai mencari alternatif yang lebih sehat untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil tanpa mengorbankan rasa manis dalam makanan atau minuman. Salah satu pilihan yang paling populer belakangan ini adalah stevia, pemanis alami yang berasal dari daun Stevia rebaudiana, tanaman yang pertama kali ditemukan di Amerika Selatan.
Stevia dikenal karena memiliki rasa manis yang luar biasa kuat, bahkan mencapai 200 hingga 400 kali lebih manis dibandingkan gula pasir biasa. Senyawa yang memberikan rasa manis itu disebut steviol glycosides, yakni komponen alami yang tidak mengandung kalori maupun karbohidrat. Karena itu, stevia kerap disebut sebagai pemanis “nol kalori” dan dianggap cocok bagi mereka yang sedang menjalani diet rendah kalori, rendah karbohidrat, atau memiliki kondisi seperti diabetes.
Jika dibandingkan dengan gula pasir, stevia memiliki sejumlah keunggulan. Gula biasa memiliki indeks glikemik sekitar 65, yang dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah dengan cepat, sementara stevia memiliki indeks glikemik 0. Artinya, stevia tidak menyebabkan peningkatan kadar gula darah secara langsung.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan stevia dapat membantu mengurangi lonjakan gula darah setelah makan, bahkan berpotensi meningkatkan sensitivitas insulin dalam jangka panjang. Selain itu, beberapa studi juga menyebutkan bahwa stevia bisa berkontribusi menjaga kesehatan mulut dengan meningkatkan pH saliva dan menghambat pertumbuhan bakteri penyebab plak.
Meski demikian, penggunaan stevia juga memiliki beberapa catatan penting. Salah satunya adalah rasa pahit yang terkadang muncul setelah dikonsumsi, atau yang dikenal dengan istilah aftertaste.
Selain itu, tidak semua produk stevia di pasaran benar-benar murni. Banyak di antaranya yang sudah dicampur dengan pemanis buatan lain seperti aspartam atau sukralosa, bahkan ada yang mengandung maltodekstrin dan dekstrosa yang justru dapat menaikkan kadar gula darah.
Beberapa produk juga menambahkan alkohol gula seperti eritritol atau xylitol untuk memperbaiki rasa, namun bahan tambahan tersebut bisa memicu efek samping seperti perut kembung atau diare bila dikonsumsi berlebihan.
Dari sisi keamanan, berbagai lembaga internasional telah menegaskan bahwa stevia murni tergolong aman dikonsumsi selama digunakan dalam batas wajar. Badan Pangan Dunia (FAO/WHO) melalui Komite Ahli Bersama JECFA serta Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) telah menetapkan batas aman konsumsi harian atau Acceptable Daily Intake (ADI) sebesar 4 miligram per kilogram berat badan per hari.
Atau dengan kata lain, seseorang dengan berat badan 50 kilogram dapat mengonsumsi hingga sekitar 200 miligram steviol equivalents per hari tanpa menimbulkan risiko kesehatan. Menurut Cleveland Clinic, seseorang harus mengonsumsi sekitar 27 paket stevia per hari untuk mencapai batas tersebut, jumlah yang tentu sangat sulit dicapai dalam penggunaan normal.
Sejauh ini, penelitian jangka pendek maupun menengah belum menemukan dampak negatif signifikan terhadap kadar gula darah, tekanan darah, atau fungsi hati dan ginjal pada konsumsi stevia dalam batas konsumsi wajar.
Meski begitu, ahli gizi tetap mengingatkan agar masyarakat bijak menggunakan pemanis ini. Stevia mungkin lebih sehat dibandingkan gula pasir, tetapi bukan berarti bisa dikonsumsi tanpa batas.
Penting untuk membaca label kemasan dengan cermat, memastikan produk yang dipilih mengandung stevia murni tanpa tambahan pemanis buatan atau gula tersembunyi. Jika muncul efek samping seperti gangguan pencernaan atau rasa tidak nyaman, pengguna sebaiknya menghentikan pemakaian dan berkonsultasi dengan tenaga medis.
Stevia murni bisa menjadi pengganti gula yang lebih sehat, terutama bagi mereka yang ingin mengontrol kadar gula darah atau mengurangi asupan kalori. Namun, seperti halnya bahan makanan lain, kuncinya tetap pada keseimbangan. Mengonsumsi stevia dengan bijak, disertai pola makan sehat dan gaya hidup aktif, akan memberikan manfaat terbaik bagi tubuh tanpa risiko.