TERITORIAL.COM, JAKARTA – Hamas menyerahkan empat jenazah sandera kepada Israel pada Selasa malam (14/10), menanggapi ancaman dari Israel untuk mengurangi bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza bila tubuh-tubuh sandera yang terbunuh tidak segera dikembalikan.
Langkah ini menjadi ujian baru bagi gencatan senjata yang dirancang oleh Pemerintah AS dan pihak-pihak mediasi.
Dalam kesepakatan gencatan senjata terbaru, Hamas telah menyerahkan 20 sandera hidup pada Senin (13/10).
Kesepakatan juga mensyaratkan pengembalian 28 jenazah sandera yang tewas. Namun hingga Selasa malam, baru delapan jenazah yang berhasil dikembalikan, empat sebelumnya dan empat tambahan.
Sisanya, sekitar 19 jenazah masih belum dikembalikan, dan satu jenazah diklaim belum ditemukan.
Pihak Hamas menyebut bahwa kerusakan hebat di kawasan Gaza membuat beberapa lokasi pemakaman sulit diakses atau bahkan tertimbun reruntuhan.
ICRO (Palang Merah Internasional) memperingatkan bahwa proses menemukan dan mengidentifikasi jenazah bisa menjadi tantangan besar dan memakan waktu lama.
Sebagai tekanan, Israel memberi tahu PBB bahwa mereka hanya akan mengizinkan separuh jumlah truk bantuan harian yang semula dijanjikan dalam kesepakatan, sampai semua jenazah dikembalikan.
Juga, Israel menutup sementara perbatasan Rafah dengan Mesir, memperlambat aliran bantuan ke Gaza.
Presiden AS Donald Trump, yang memainkan peran utama dalam merancang kesepakatan, memperingatkan bahwa jika Hamas tidak menyerahkan senjatanya, pihak AS bisa turun tangan secara paksa, mungkin melalui kekerasan cepat.
Setelah sebagian besar pasukan Israel mundur sesuai gencatan senjata, milisi Hamas kembali menguat di jalan-jalan Gaza dan menjalankan operasi keamanan sendiri.
Video eksekusi publik terhadap orang-orang yang dituduh sebagai kolaborator oleh Hamas makin memperkeruh suasana.
Israel menyatakan bahwa mereka akan merespons tindakan provokasi, misalnya penembakan ke warga yang dianggap melewati garis gencatan senjata.
Sementara itu, warga Gaza menghadapi ancaman kelaparan besar, lebih dari setengah juta orang dikabarkan kekurangan pangan, sementara truk bantuan belum bisa memasuki wilayah secara penuh.
Keterlambatan pengembalian jenazah dapat memicu kegagalan kesepakatan perdamaian. Bila Israel melihat upaya Hamas sebagai pelanggaran, dukungan untuk melanjutkan gencatan senjata atau paket bantuan bisa ditarik.