TERITORIAL.COM, JAKARTA – Ribuan anak muda atau yang akrab dikenal sebagai sebagai Gen Z turun ke jalan di Ibu Kota Meksiko untuk memprotes kejahatan terorganisir, korupsi, dan impunitas.
Demonstrasi damai semula berubah ricuh saat massa mendekati Istana Nasional (National Palace), memicu bentrokan dengan polisi dan menewaskan rasa aman publik.
Latar Belakang Protes: Pembunuhan Wali Kota Uruapan
Pemicunya adalah pembunuhan Carlos Alberto Manzo Rodríguez, Wali Kota Uruapan, pada 1 November 2025. Dia dibunuh saat merayakan Hari Orang Mati (Day of the Dead) di tengah kerumunan publik, sebuah tragedi yang mengejutkan dan menimbulkan kemarahan besar masyarakat.
Manzo dikenal vokal dalam menentang kelompok kriminal terorganisir di Michoacán dan berkali-kali meminta pemerintah federal untuk meningkatkan keamanan di wilayahnya.
Setelah kematiannya, protes meletus di berbagai kota, termasuk Morelia dan Uruapan, dengan warga menyerukan keadilan dan mengecam kegagalan pemerintah dalam melindungi pejabat publik.
Kronologi Protes di Mexico City
Awalnya, protes bermula dengan damai. Massa berkumpul di Monumen Angel of Independence dan kemudian berjalan menuju Zócalo, alun-alun utama kota.
Lalu muncul sekelompok demonstran berkerudung (dikenal sebagai “black bloc”) dan beraksi merusak pagar pelindung Istana Nasional menggunakan palu dan batu.
Aparat keamanan merespons dengan gas air mata dan selang pemadam kebakaran untuk membubarkan massa.
Menurut Sekretaris Keamanan Kota Mexico, Pablo Vázquez, lebih dari 100 polisi terluka (sekitar 40 dirawat di rumah sakit) dan sekitar 20 warga sipil juga mengalami cedera.
Sekitar 20 orang ditangkap dan 20 lainnya dikenakan tindakan administratif.
Tuntutan Gerakan
Gerakan protes ini tidak hanya menuntut keadilan atas kematian Manzo, tetapi juga menuntut tindakan tegas melawan korupsi dan kriminalitas terorganisir, Menolak apa yang mereka pandang sebagai campur tangan partai politik dalam proses politik, khususnya dalam pemakzulan pejabat publik.
Tak sampai disitu, tuntutan juga meliputi mendukung transparansi anggaran, pemeriksaan publik, dan demokrasi langsung melalui suara warga, serta Isu sosial lain seperti akses pendidikan dan pekerjaan untuk kaum muda, perumahan layak, hingga pembentukan “dewan warga” independen.
Dalam protes, para demonstran juga menggunakan simbol ikonik yang kerap digunakan dalam aksi protes di banyak negara belakangan terakhir, yakni bendera bajak laut dari manga/anime One Piece.
Simbol ini, yang telah muncul dalam protes kaum muda di berbagai negara, kini menjadi bagian dari perlawanan Gen Z Meksiko.
Reaksi Pemerintah
Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum langsung menanggapi aksi ini dengan menyerukan agar protes tetap damai, dan mengkritik kekerasan sebagai cara yang salah untuk mencari perubahan.
Namun, pemerintah kota dan beberapa pejabat juga mempertanyakan motif di balik gerakan ini. Beberapa menyebut demonstrasi dengan adanya campur tangan kelompok politik lawan serta penyebaran bot di media sosial untuk membesar-besarkan kehadiran massa.
Sementara itu, Grecia Itzel Quiroz, wali kota baru Uruapan yang menggantikan mendiang suaminya, menyuarakan kemarahan publik akan kegagalan pemerintah melindungi Manzo. Dalam pertemuan dengan pejabat keamanan federal, dia menegaskan bahwa masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah.
Aksi ini bukan fenomena lokal semata. Protes ala Gen Z telah mencuat di banyak negara tahun ini, dari Nepal, Mongolia, hingga Maroko, di mana kaum muda, sering kali melalui media sosial seperti TikTok dan Instagram, menuntut reformasi, keadilan, dan transparansi.

