TERITORIAL.COM, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjadi sorotan setelah sebuah insiden menghina wartawan perempuan terjadi di dalam pesawat kepresidenan. Saat ditanya mengenai dokumen terkait Jeffrey Epstein, Trump menuding seorang jurnalis dengan sebutan “piggy”.
Kejadian berlangsung pada 14 November 2025 di atas pesawat United States Air Force (Air Force One). Saat itu, jurnalis dari Bloomberg News, Catherine Lucey, menanyakan, “Sir, if there’s nothing incriminating in the files…”
Namun, sebelum jurnalis tersebut menyelesaikan pertanyaannya, Trump menunjuk ke arahnya dan berkata,”Quiet. Quiet, piggy.” Ia kemudian beralih menjawab pertanyaan reporter lain.
Insiden ini langsung menuai kritik luas dari kalangan jurnalis dan organisasi pers. Misalnya, ank‐night anchor Jake Tapper menulis bahwa kata “piggy” itu “disgusting and completely unacceptable.”
Organisasi seperti Society of Professional Journalists menyatakan bahwa “penargetan jurnalis wanita dengan penghinaan merendahkan tidak boleh ditoleransi.”
Respons Gedung Putih
The White House melalui Sekretaris Persnya, Karoline Leavitt, membela sikap Trump. “Presiden sangat terus terang dan jujur kepada semua orang di ruangan ini. Dan saya pikir, itu salah satu alasan utama mengapa rakyat Amerika memilihnya kembali, karena keterusterangannya.”
Gedung Putih juga menuding Catherine Lucey bersikap “tidak sopan dan tidak profesional terhadap rekan-rekannya di dalam pesawat”, serta menambahkan, “Kalau anda berani menyerang, Anda harus siap menerima serangan balik.”
Peristiwa ini terjadi di tengah tekanan publik terhadap Trump mengenai penanganan dan keterbukaan terkait dokumen‐dokumen Epstein. House of Representatives telah mengesahkan pemungutan suara untuk merilis seluruh dokumen tersebut secara terbuka.
Selain itu, dilansir AFP, Jumat (21/11/2025), Trump juga baru saja menghadapi pertanyaan dari jurnalis Mary Bruce dari ABC News, terkait kunjungannya dengan Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) dari Arab Saudi dan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, dan saat itu ia menyebut Mary Bruce sebagai “a terrible reporter” dan menuding jaringannya sebagai “fake news”.
Catatan juga menunjukkan bahwa penghinaan terhadap wartawan perempuan bukan hal baru dari Trump.

