TERITORIAL.COM, JAKARTA – Batalyon Infanteri (Yonif) Komposit 1/Gardapati baru saja menutup Latihan Puncak Antar Kecabangan (ANCAB) di Kabupaten Natuna pada Kamis (20/11/2025) dengan prestasi gemilang: Zero Insiden.
Keberhasilan ini, di tengah kompleksitas manuver ribuan personel, langsung mendapat apresiasi tinggi dari berbagai pihak. Namun, lebih dari sekadar keberhasilan operasional, latihan ini ternyata membawa misi strategis yang jauh lebih mendalam, merangkum doktrin pertahanan rakyat semesta dalam wajah perang modern.
Dankodiklat TNI AD, Letnan Jenderal TNI Mohamad Hasan, dalam konferensi pers usai penutupan, menjelaskan tiga poin inti dari latihan yang melibatkan total 1.223 personel (225 penyelenggara dan 998 unit tempur) ini.
1. Tujuan Utama: Mengasah Kesiapan Tempur Komposit
Letjen Hasan menjelaskan bahwa latihan ini adalah uji kemampuan bagi Batalyon Komposit Natuna. Sifat ‘komposit’ batalyon ini berarti mereka diperkuat dengan beragam alutsista, mulai dari tank, artileri medan (Armed), pertahanan udara (Arhanud), hingga kavaleri.
“Latihan ini bagaimana menghadapi ancaman musuh. Batalion ini ditempatkan di Natuna, namun sebelumnya belum pernah diskenariokan, belum dilatih. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan tempur mereka dalam skenario pertahanan yang realistis,” jelas Letjen Hasan.
2. Skenario Penuh Taktik: Perang Gerilya Modern
Yang menarik, Letjen Hasan mengungkapkan filosofi dan skenario yang digunakan: taktik perang gerilya modern dengan fokus menghadapi ancaman dari arah Laut Cina Selatan.
“Kita skenariokan musuh menyerang dari arah Laut Cina Selatan. Natuna sebagai pulau terdepan adalah pulau pertama yang akan dikuasai [musuh]. Kekuatan ini untuk mempertahankan wilayah tersebut,” tegasnya.
Latihan ini secara nyata adalah implementasi dari doktrin Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata), di mana pertahanan negara bukan hanya tugas TNI, tetapi melibatkan seluruh potensi bangsa.
Letjen Hasan menyebutnya sebagai gambaran “Perang Permesta” perang yang melibatkan seluruh komponen: TNI sebagai komponen utama, didukung komponen cadangan, komponen pendukung, Pemerintah Daerah (Pemda), kepolisian, hingga seluruh masyarakat.
“Kita melaksanakan perang gerilya modern menggunakan heli dan lainnya. Ini untuk memberikan pemahaman kepada semua stakeholder, termasuk Sekda dan anggota DPRD setempat, bahwa perang modern akan melibatkan semuanya,” paparnya.
Di tengah latihan tempur berskala besar dengan risiko tinggi, pencapaian Zero Insiden menjadi sorotan utama.
Ketua Setya Kita Pancasila Kabupaten Natuna, Riky Rinovsky, memberikan apresiasi khusus. Menurutnya, mengoordinasi ribuan personel dalam latihan tempur tanpa kecelakaan adalah bukti perencanaan matang, disiplin tinggi, dan profesionalisme.
“Pencapaian Zero Insiden ini adalah sebuah keberhasilan yang membanggakan dan bentuk komitmen kita terhadap keselamatan dan profesionalisme,” ujar Riky Rinovsky, seraya menambahkan bahwa suksesnya latihan ini selaras dengan visi Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat postur pertahanan negara.
Di luar aspek manuver, TNI AD juga menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat setempat yang terdampak oleh aktivitas latihan. Sebagai bentuk tanggung jawab, sejumlah bantuan sembako disalurkan kepada warga desa setempat.
Ini menegaskan bahwa Sishankamrata bukan hanya teori militer, tetapi juga praktik nyata membangun hubungan harmonis antara TNI dengan masyarakat, yang merupakan kekuatan integral pertahanan di wilayah perbatasan yang sangat vital ini.
(*)

