Kuala Lumpur, Teritorial.com – Jika sebelumnya dunia dihebohkan dengan kasus pembunuhan adik pemimpin diktaktor Korea Utara Kim Joung Un, beberapa hari yang lalu tepatnya Sabtu pagi ,21 April 2018 giliran Dosen sekaliigus Ilmuan berkebangsaan Palestina yang dikabarkan tewas akibat penembakan yang dilakukan oleh orang tidak dikenal disekitar area tempat tinggalnya.
Serentak peristiwa tersebut menambah daftar pembunuhan misterius di negeri Jiran tersebut. Malaysia menjadi lahan pembunuhan bagi mereka yang dianggap berpotensi membahayakan negara tertentu. Almarhum Dr. Fadi.M.R. Albaths, seorang Palestina ahli rekayasa kelistrikan, menjadi bukti aksi pembunuhan brutal dimana kepolisian setempat menemukan Sepuluh tembakan beruntun yang berhasil menewaskan dosen yang mengajar di Institut Inggris-Malaysia.
Albaths disebut ahli roket dan drone, mempunyai hubungan dengan Hamas, walaupun kemudian spekulasi itu dibantah dengan menyebutnya sebagai ahli energi yang dapat diperbaharui. Apapun spekulasinya, nyatanya dia dihabisi seperti juga yang terjadi dengan komandan Hamas Mahmoud al Mahbouh di Dubai, UAE pada 20 Januari 2010 dan terhadap ahli pembuat drone insinyur Mohamed Zaouari, 49, di Sfax, Tunisia pada Kamis, 15 Desember 2016.
Pemerintah ’tuan rumah’ pembunuhan itu tidak bisa berbuat banyak kendati tahu siapa pembunuhnya dan asal negaranya. Yang protes biasanya negara-negara yang paspornya dipakai para pembunuh. Pembunuh Mahbouh memakai paspor Australia, Irlandia, Jerman dan Inggris.
Lantaran resikonya yang lemah, hanya berbentuk pengusiran diplomat dan kepala perwakilan intelijen Mossad maka Israel mengejar dimanapun musuh-musuh’-nya berada. Para pembunuh itu leluasa bergerak seperti di halaman rumahnya sendiri.
Sejauh yang diketahui, pembunuhan Albaths merupakan yang kedua di Malaysia setelah anak sulung Kim Jong- Ill, Kim Jong-nam, dibunuh agen-agen intelijen Korea Utara. Keempat agen Korut itu, Rhi Ji-hyon, Hong Song Hac, O Jong-gil dan Ri Jae-nam berhasil meloloskan diri setelah insiden yang mematikan di Bandara Kuala Lumpur itu terjadi pada 14 Februari 2017.
Ada dugaan aparat keamanan Malaysia kurang menyadari bahwa kegagalan menangani keempat agen Korea itu, telah mengundang negara lain melakukan hal yang sama. Disamping menjadi bukti lemahnya sukuritas di Malaysia, persitiwa semakin memperkuat spekulasi yang beredar jika negeri Melayu terdekat Indonesia tersebut juga menjadi salah satu basis intelejen Mosad bersama dengan Singapura untuk representasi di wilayah ASEAN.
Kedekatan diplomatis Malaysia dengan pihak barat juga menjadi alasan penguat selanjutnya dimana kerjaan Inggris hingga saat tidak ada keinginan niat sekalipun menghapus Malaysia dari barisan negera persamakmurannya (Commonwelath). Malaysia hingga hari ini secara pakta pertahan masih secara resmi tergabung dalam Five Power Defense Aranggement (FPDA) yang beranggotakan Inggris, Australian, New Zeland, Singapura dan Malaysia. (SON)