Seoul, Teritorial.com – Pemandangan yang tidak biasa dua pemimpin Korea tersebut seketika mengejutkan dunia, Presiden Korea utaran Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in terlihat sangat romantis saat saling melakukan pertemuan di sekitar wilayah perbatasan dua negara tersebut.
Dalam kesempatan tersebut Kim Jong-un untuk pertamakalinya menginjakan kaki di wilayah Korea selatan, peristiwa ini seolah menandakan era baru perdamaian bagi kedua negara setelah lebih dari 65 tahun terlibat pertikaian di Semenanjung Korea.
Dalam sebuah deklarasi bersama, keduanya menegaskan bahwa tidak akan ada lagi perang di Semenanjung Korea dan proses menuju babak baru yang penuh perdamaian di wilayah itu telah dimulai.
“Kedua pemimpin dengan sungguh-sungguh menyatakan kepada 80 juta orang dari bangsa kita dan seluruh dunia bahwa tidak akan ada lagi perang di Semenanjung Korea dan era baru perdamaian telah terbuka,” bunyi deklarasi tersebut, seperti dilansir New York Times pada Jumat (27/4).
Berangkat dengan tujuan menjaga stabilitas keamanan kawasan dan menuju era perdamaian dua negara, Jong-un dan Jae-in dalam deklarasi itu juga menyatakan sumpah bahwa mereka akan berupaya untuk membangun perdamaian permanen di Semenanjung Korea.
“Korsel dan Korut menegaskan kembali kesepakatan mereka tentang non-agresi, bahwa mereka tidak akan menggunakan bentuk kekuatan apa pun terhadap satu sama lain dan setuju untuk secara ketat mematuhi perjanjian itu,” ungkap deklarasi itu.
“Kedua korea juga sepakat untuk secara bertahap merealisasikan pengurangan senjata ketika ketegangan militer di antara mereka menghilang dan kepercayaan praktis terbentuk,” sambungnya.
Mereka juga menegaskan kembali perjanjian awal kedua negara untuk sepenuhnya melakukan denuklirisasi Semenanjung Korea. “Selatan dan Utara menegaskan tujuan bersama mereka untuk mewujudkan Semenanjung Korea yang bebas nuklir melalui denuklirisasi lengkap,” imbuh deklarasi itu.
Menindaklanjuti pertemuan tersebut kedua negara akan melakukan diaolog dengan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, untuk pemabahasan prospek perdamaian yang lebih luas, dimana AS selama ini selalu menjadi inisiator serta fasilitator yang mempertemukan ketika keduanya saat konflik kembali mencuat. (SON)