Jakarta, Teritorial.com – Nama mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo kini terus menjadi perbincangan publik soal pencalonan dirinya maju untuk Capres pada Pilpres 2019 nanti. Beberapa fenomena sebelumnya seperti kehadirannya ditengah-tengah jamaah aksi bela Islam 212 dengan peci putih hingga menginstruksikan TNI menggelar nonton bareng film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI (1984) dianggap sebagai langkah awal dirinya untuk menempuh jalur politik.
setelah Gatot pensiun menjadi prajurit TNI. Gatot menyatakan siap mengikuti Pemilihan Presiden 2019. Namun, hingga kini belum ada partai politik yang terbuka menyatakan dukungan untuk Gatot. Mimpi besar tentang bagaimana membangun sebuah negeri Indonesia yang berkadilan menjadi tujuan utama dirinya berani terjun ke dunia politik seperti sekarang ini.
Pensiunan Jenderal tersebut dalam beberapa kemunculannya di media TV juga meyakini bahwa urusan siapa yang akan menjadi presiden Indonesia 2019 adalah Allah Swt. Dia berkeyakinan bahwa setiap manusia yang lahir di dunia Allah telah memutuskan takdir untuknya. Dengan demikian keinginan dirinya maju sebagai Capres merpakan bagian daripada menjemput takdir.
Belum ada satupun partai politik yang menyatakan dukungan terhadap dirinya, Gatot tahu betul bahwa politik ini cair, maka kita diwajibkan untuk berikhtiar. Agama saya mengatakan, kalau kita punya kemampuan dan ilmu, bisa memperbaiki atau menyempurnakan yang belum sempurna, kita harus berbuat. Apalagi saya siap untuk mengabdi.
Komunikasi politik dengan sejumlah punggawa partai terus berlangsung dengan baik, namun dirinya tetap tidak ingin tergesa-gesa. Di elite politik sama, dengan Bang Surya (Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, red.) juga saya dekat. Dengan Pak Prabowo juga saya dekat. Bercanda-bercanda biasa. Saya selalu berkomunikasi intens, namun di level bawah. Ya, kalau pimpinan partai keliling-keliling sesekali. Ketemu, bercanda biasa.
Menyikapi elektabilitasnya yang masih belum mampu menyaingi Jokowi dan Prabowo, dirinya tak ambil pusing. “Ya, namanya penelitian wajar-wajar saja. Angka berapa si peneliti yang tahu. Ya, itu sebagai bahan saja untuk saya becermin. Oh, saya hanya sekian. Apa yang harus dilakukan dan sebagainya,”ujar Gatot saat menjadi keynote speakers diacara rembuk nasional di Perpustakaan Nasional Jakara, beberapa hari lalu.
Optimis dengan berbagai bentuk modalitas yang dimiliki Indonesia, Gatot yakin bila negeri ini tidak salah urus maka peluang untuk menjadi negara pusat ekonomi dunia akan terbuka lebar. Sehingga kita bisa mewujudkan keadilan bagi rakyat Indonesia. Kesenjangan sosialnya kecil. Kemudian tidak ada lagi kemiskinan. Aman, tentram, dan damai. Mimpi harus seperti itu. (SON)