Yogyakarta, Teritorial.Com – Safari Ramadhan terus dilakukan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto di seluruh penjuru negeri. Kali ini Safari Ramadhan keenam, setelah Medan, Tasikmalaya, Lombok, Surabaya, dan Lampung itu menyasar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (7/6).
Dalam safari ini, Marsekal Hadi bersilaturahmi dengan 100 lebih kiai dan ulama se-Jogya dan se-Jawa Tengah. Mereka di antaranya, KH Irfa’i Nachrawi, KH Asyhari Abta, KH Ahmad Muwafiq, KH. Ahmad Chalwani, dan lainnya. Selain itu, turut hadir sekitar 4000 pasukan TNI-Polri dan ratusan jamaah Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW).
Sama seperti di beberapa tempat lain, Marsekal Hadi dalam sambutannya kembali mengajak keluarga besar TNI-Polri, ulama dan masyarakat untuk kompak mencegah radikalisme dan terorisme.
“Selaku Panglima TNI, saya mengajak keluarga besar TNI-Polri, ulama, serta masyarakat untuk sama-sama bemberikan pemahaman tentang ajaran agama Islam yang benar,” katanya sebagaimana keterangan tertulis yang diterima redaksi.
Dia berharap Indonesia tidak menjadi negara konflik seperti yang terjadi di beberapa negara di Timur Tengah. Keamanan dan kenyamanan sangat penting bagi rakyat Indonesia. Apalagi dalam menghadapi dua even penting di tahun ini.
“Kita akan segera menghadapi even penting seperti pilkada dan Asean Games. Kesuksesan even tersebut sangat tergantung dari bagaimana kita menjaga keamanan dalam negeri,” sambungnya.
Senada dengan itu ulama DIY, Gus Ahmad Muwafiq mangatakan bahwa gerakan radikalisme dan terorisme merupakan tanda ada defisit spiritualitas di negeri ini.
Dengan kata lain, ritual ibadah yang dilakukan sejumlah orang, tidak diresapi makna ibadahnya.
“Defisif spiritualitas menjadi benih tumbuhnya radikalisme dan terorisme,” kata sekaligus Dewan Khas PB MDHW itu.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PB MDHW Hery Haryanto Azumi yang ikut rombongan Panglima TNI mengatakan bahwa pertemuan TNI-Polri dan ulama se-Yogya dan se-Jateng merupakan bentuk sinergi untuk memperkuat toleransi kebangsaan.
“Radikalisme dan terorisme tumbuh juga lantaran adanya defisit toleransi kebangsaan. Karena itu, pertemuan TNI-Polri dan ulama se-Yogya dan se-Jateng merupakan bentuk sinergi untuk memperkuat toleransi kebangsaan,” katanya.
Silaturahim TNI dan ulama juga bertujuan untuk saling mengenal dan memahami.
“Sekarang ini TNI makin tahu ulama dan ulama makin paham TNI. Saling mengenal dan memahami ini penting untuk memperkokoh sinergitas keduanya dalam menyelesaikan berbagai problem kebangsaan,” tambahnya