Daraa, Teritorial.Com – Hampir sepakan lamanya menggembur kekuatan oposisi pasukan militan Islam, Senin Malam pasukan pemerintah Bashar Al-Assad yang didukung oleh militan sipil bersenjata sayap militer Syah Alawiyah berhasil kembali menduduki kota Busra al-Harir dan Nahtah.
Alhasil pasukan Assad berhasil menguasai bagian timur Daraa dari para pemberontak dan teroris meski belum sepenuhnya mengalahkan mereka. Ditengah operasi militer besar-besaran pasukan pemerintah Suriah, Amerika Serikat (AS) malah menarik diri dan menyatakan Washington tidak akan memberi bantuan militer kepada Tentara Pembebasan Suriah (SDF) dan kelompok teoris lainnya di Suriah selatan.
AS sendiri telah mengatur pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin setelah pertemuan NATO di Helsinki. Presiden Donald Trump tampaknya akan memberikan tekanan khusus kepada Putin terkait penarikan pasukan Iran dari Suriah, sebagaimana permintaan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu sejak lama.
Di sisi lain, AS telah memberi Israel lampu hijau untuk menyerang Iran dan sekutu-sekutunya di Suriah bila dianggap perlu. Sementara di provinsi Kuneitra di Dataran Tinggi Golan Suriah, pengeboman masih bersifat sporadis, belum dalam skala penuh. Meski begitu, pasukan pemerintah sudah bergerak menuju perbatasan Israel di selatan Dataran Tinggi Golan hanya 12 kilometer dari Israel.
Israel pun tampaknya tidak bereaksi setelah melihat Angkatan Udara Rusia turut berpartisipasi dalam pemboman terhadap posisi pemberontak dan kelompok teroris di Suriah selatan. Israel sendiri memang memiliki perjanjian dengan Rusia untuk tidak terlibat konfrontasi antara IAF dan Angkatan Udara Rusia di wilayah udara Suriah.
Partisipasi Rusia dalam serangan di Suriah selatan jelas merupakan peringatan bagi Israel untuk tidak campur tangan secara militer di Suriah selatan untuk menyerang milisi pro-Assad di perbatasan Dataran Tinggi Golan. Pasukan pemerintah Suriah tampaknya juga cukup berhati-hati untuk tidak memprovokasi Israel, meski secara diam-diam menduduki daerah yang ditinggalkan oleh para pemberontak yang memutuskan meninggalkan Dataran Tinggi Golan.
Menurut PBB, akibat operasi militer pasukan pemerintah, ratusan ribu warga sipil meninggalkan rumah mereka di provinsi Daraa dan Kuneitra di Suriah pekan ini. Banyak para pengungsi ini berlindung di sepanjang perbatasan Israel dengan harapan bahwa tentara Suriah, yang didukung oleh Iran dan Rusia, tidak akan berusaha memasuki wilayah itu di sepanjang perbatasan di Dataran Tinggi Golan.
Kelompok lainnya mencoba melarikan diri ke Yordania. Namun, pemerintah di Amman telah menutup perbatasan dengan Suriah karena tidak lagi mampu menampung pengungsi Suriah yang baru. Raja Abdullah II khawatir kerusuhan di antara orang-orang Yordania yang baru-baru ini memprotes langkah-langkah darurat yang diperkenalkan untuk menyelamatkan perekonomian negara.
Jumlah terakhir total keseluruhan sejak terjadinya perang sipil Suriah, Jordan menjadi salah satu tujuan pengungsi Suriah, dan hingga kini telah lebih dari 1,3 juta pengungsi Suriah yang telah memperburuk situasi ekonomi yang sudah buruk di negara ini. (SON)