Jakarta, Teritorial.Com –Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita siap merespon pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang tengah memperingkatkan Indonesia untuk berhati-hati terkait hubungan dagang antar kedua negara
Enggar begitu ia dipanggil menjelaskan, Indonesia siap membalas bilamana mendapat tekanan tersebut dari USA.
Enggar menjelaskan serangan balik pernah dilakukan saat sawit RI diancam dilarang masuk Eropa, maka RI mengancam balik akan melarang produk eropa masuk ke Indonesia.
Mendag juga mengancam jika Uni-Eropa tidak menarik kebijakan diskriminasi terhadap sawit maka Indonesia tidak segan akan stop ikan dari negara-negara Eropa.
Meski begitu Enggar mengaku saat ini pihaknya masih melakukan perundingan dengan pemerintah AS. “Saya sendiri melakukan komunikasi dengan Amerika untuk meyakinkan, sebab pada dasarnya kita tidak setuju dengan perang dagang, semua pihak akan dirugikan, kita lebih senang dengan kolaborasi,” jelas dia.
Sebagai informasi GSP (The Generalized System of Preferences/Sistem Preferensi Umum) Indonesia sedang di-review, dan ada sekitar 124.
“Tetapi kalau kita dapat tekanan, maka hal itu bisa kita lakukan. Sama halnya dengan Amerika dan China, tapi itu akan berdampak di seluruh dunia,” kata dia.
Sebelumnya, Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi menyampaikan Trump merupakan sebuah warning bagi Indonesia.
Trump berencana mencabut perlakuan khusus terhadap Indonesia di bidang perdagangan. “Trump sudah memberi kita warning. Kita bicara sama dia mengenai beberapa aturan mengenai special treatment tarif yang dia kasih ke kita mau dicabut, terutama tekstil,” katanya di acara halalbihalal Apindo di Jakarta, Kamis (5/7/2018)
Menurutnya ekonomi AS memang sedang berjaya. Karenanya dia bisa membuat kebijakan dagang dengan luar negeri semaunya. Bahkan, Sofjan menyampaikan warga AS sendiri sulit menerka kebijakan yang bakal ditempuh oleh Trump ke depannya.
Dari 124 produk asal Indonesia Tang sedang di-review Trump diantaranya kayu plywood, cotton, dan lain sebagainya. Indonesia dan AS pun sedang mengupayakan hubungan diplomasi membahas mengenai masalah tersebut.
Pasalnya, jika GSP ini dihilangkan maka bea masuk ekspor produk Indonesia ke AS lebih mahal. Secara otomatis hal tersebut akan semakin mempersulit produk Indonesia menembus pasar AS. (SON)