Jakarta, Teritorial.Com – Menko Polhukam Wiranto menggelar rapat bersama Menhan Ryamizard Ryacudu, serta perwakilan dari Mabes TNI tentang pengadaan 11 pesawat Sukhoi SU-35. Dia mengatakan bakal membentuk tim khusus untuk menyelesaikan pengadaan pesawat tempur tersebut.
Rapat berlangsung di kantor Menko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (3/8/2018). Dari Mabes TNI diwakili Irjen TNI Letjen Muhammad Herindra, sementara dari TNI AU diwakili Wakil KSAU Marsda Wieko Syofyan.
“Saya bentuk tim kecil untuk secara detail, secara teknis bisa melakukan kajian-kajian sehingga menghasilkan suatu perencanaan yang sistematis terutama kita kaitkan dengan keadaan negeri ini,” kata Wiranto.
Wiranto menyatakan tim tersebut nantinya akan mengkaji pengadaan Sukhoi SU-35 dari berbagai aspek. Dia ingin pengadaan Sukhoi tersebut menguntungkan Indonesia. “(Yang dikaji) menyangkut masalah anggaran, termasuk yang mengatur masalah tipe-tipe dan kelengkapan yang nanti akan kita dapatkan. Juga adanya keinginan kita untuk bisa memasarkan Sukhoi SU-35 dan bagaimana teknologinya,” papar Wiranto.
“Pembelian alutsista ini ternyata tidak semudah seperti kita membeli barang. Banyak sekali hal-hal sampingan yang perlu kita tinjau lebih detail, juga bagaimana kita mendapatkan keuntungan dari proses-proses pembelian,” sambungnya.
Selain itu, rapat tersebut juga membahas kerja sama Indonesia dengan Korea Selatan soal pengembangan jet tempur Korea Fighter eXperiment dan Indonesia Fighter eXperiment (KFX dan IFX). Tim kecil yang dibentuk itu juga untuk mengkaji kerja pembuatan KFX dan IFX.
Sebelumnya, pemerintah, melalui Kemenhan, sudah menandatangani kontrak pengadaan 11 pesawat Sukhoi SU-35. Pesawat tersebut direncanakan tiba di Indonesia tahun ini. “Sudah,” ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan, Brigjen Totok Sugiarto saat dimintai konfirmasi terkait pengadaan Sukhoi SU-35, Rabu (21/2).
Penandatanganan kontrak ini dilakukan pada 14 Februari 2018. Sukhoi SU-35 yang akan didatangkan dari Rusia ini sudah memiliki persenjataan lengkap dengan nilai kontrak mencapai USD 1,140 juta. “Full combat,” terang Totok.
Sementara itu, untuk program KFX dan IFX rencananya mulai diproduksi mulai tahun 2022. IFX akan diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia. Prototype IFX diharapkan bisa diuji coba mulai tahun 2020.