Indonesia dan Uni Eropa Segera Finalisasi Perjanjian Dagang IEU-CEPA, Dorong Lonjakan Ekspor dan Investasi

Jakarta, Teritorial.com – Indonesia tengah memasuki fase strategis dalam memperkuat hubungan ekonomi dengan Uni Eropa (UE) melalui perjanjian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Perjanjian ini telah mencapai lebih dari 90% penyelesaian teks, menandai babak akhir dari proses perundingan yang telah berjalan selama beberapa tahun.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, yang memimpin delegasi Indonesia dalam pertemuan dengan European Union Commissioner for Trade and Economic Security Maroš Šefčovič di Brussels pada 6 Juni 2025 lalu, menyampaikan bahwa hampir seluruh substansi perundingan telah disepakati.
“Proses perundingan substansi IEU-CEPA ini sudah masuk tahap terakhir. Hampir seluruh substansi sudah disepakati. Kami tinggal menunggu momentum pengumuman bersama dari Presiden Prabowo dan Presiden Uni Eropa,” ujar Airlangga saat Diseminasi Perundingan IEU-CEPA di Jakarta, Jumat (13/6).
Komoditas utama ekspor Indonesia ke UE mencakup minyak kelapa sawit, bijih tembaga, produk oleokimia, alas kaki, besi baja, kopra, produk karet, hingga ikan kaleng. Pada 2024, UE menyumbang 6,5% dari total ekspor Indonesia, atau sekitar USD17,35 miliar.
Namun tren ekspor sempat mengalami fluktuasi. Setelah mencatat angka tertinggi pada 2022 sebesar USD21,53 miliar, ekspor menurun di 2023 dan kembali naik di 2024.
Menko Airlangga mengungkapkan bahwa IEU-CEPA berpotensi memberikan lonjakan ekspor hingga 57,76% dalam tiga tahun ke depan. Berdasarkan studi CSIS (2021) dan Sustainability Impact Assessment Uni Eropa (2020), perjanjian ini berpotensi menaikkan PDB Indonesia sebesar 0,19%, menambah pendapatan nasional hingga USD2,8 miliar.
“Kalau ekspor kita naik 50 persen, itu sudah setara dengan Vietnam atau Malaysia tahun ini. Dan kalau tarif-tarif komoditas unggulan kita yang sekarang 8–12 persen bisa jadi nol, itu akan sangat meningkatkan daya saing,” jelas Airlangga.
Uni Eropa juga menyatakan kesiapannya memberikan akses pasar yang lebih luas untuk produk unggulan Indonesia seperti kelapa sawit, ikan kaleng, alas kaki, dan tekstil, serta memperkuat kolaborasi di sektor energi terbarukan dan kendaraan listrik.
Dalam forum diseminasi tersebut, Airlangga menegaskan bahwa untuk memaksimalkan manfaat perjanjian ini, Indonesia perlu memperkuat kesiapan industri dalam negeri, meningkatkan ekosistem ekspor, dan melakukan harmonisasi kebijakan lintas sektor.
Perjanjian IEU-CEPA menjadi sangat penting karena saat ini belum ada mekanisme Free Trade Agreement (FTA) antara Indonesia dan Uni Eropa. Negara-negara Asia seperti Vietnam dan Singapura telah lebih dahulu merasakan dampak positif FTA terhadap peningkatan ekspor mereka.
Turut hadir dalam acara diseminasi tersebut antara lain Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Deputi Ali Murtopo Simbolon, Deputi Edi Prio Pambudi, Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto, Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono, serta perwakilan berbagai asosiasi industri yang aktif mengekspor ke pasar Eropa.