TERITORIAL.COM, JAKARTA — Jessie Manopo menarik perhatian publik saat wisuda di Institut Teknologi Bandung setelah berhasil meraih gelar Doktor (S3) termuda.
Di usianya yang baru 25 tahun, ia berhasil meraih gelar Summa Cumlaude di bidang Doktor Fisika berkat dedikasi dan kecerdasannya.
Minat Belajar Tinggi sejak SMA
Sejak SMA, Jessie telah menaruh minat besar pada sains dan matematika, karena menilai keduanya dapat melatih cara berpikir.
Ketertarikannya itu kemudian mendorongnya melanjutkan studi di Program Sarjana Fisika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan berhasil lulus dengan predikat Cumlaude.
Selama kuliah, minatnya semakin berkembang berkat para dosen yang membuatnya melihat Fisika sebagai ilmu menarik untuk mempelajari alam semesta.
Puncaknya, saat mempelajari Fisika Zat Padat di semester enam, ia menemukan ketertarikan baru pada riset ilmu material.
Selain itu, Jessie juga menyukai programming sejak SMA, sehingga ia menggabungkan kedua minatnya dan memilih bidang spesifik Computational Materials Science.
Bahkan, ia sudah mulai mempelajari Density Functional Theory (DFT) sejak S1, sebuah metode yang kemudian ia tekuni hingga jenjang S3.
Kesempatan Riset di Kancah Internasional
Percepatan studinya juga dibantu melalui Program PMDSU (Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul), yang menggabungkan jenjang S2 dan S3.
Selain itu, motivasinya mengikuti PMDSU muncul sejak S1, setelah mendengar pengalaman kakak tingkat yang sukses melalui program serupa dengan beasiswa.
“Beliau diundang ke kampus untuk mengisi acara, dan setelah mendengar testimoninya saya tertarik,” ungkap Jessie, dikutip dari laman ITB, pada Rabu (12/11/2025).
Dengan demikian, mahasiswa dapat menempuh kedua tingkat pendidikan hanya dalam empat tahun. Ia menilai program ini juga memberi nilai tambah, termasuk kesempatan riset di luar negeri melalui PKPI-PMDSU, sekaligus mendukung karier riset yang membutuhkan kualifikasi S3.
Strategi Efektif Jessie Menempuh Studi Cepat
Untuk menempuh program S2 dan S3 bersamaan, Jessie menerapkan strategi manajemen waktu yang efektif, salah satunya menyelesaikan seluruh mata kuliah di tahun awal studinya agar tahun-tahun berikutnya dapat lebih fokus pada riset.
Selain itu, disiplin menjadi fondasi utama kesuksesannya. Jessie bekerja di laboratorium setiap hari dari pukul 09.00 hingga 17.00, kemudian meluangkan waktu istirahat untuk menjaga keseimbangan hidup.
Keseimbangan antara Akademik dan Hobi
Selama masa studi S1 hingga S3, Jessie mempublikasikan enam paper ilmiah, tiga sebagai first-author dan tiga sebagai co-author.
Beberapa karyanya juga dimuat di jurnal bergengsi, termasuk Q1 Materials Chemistry and Physics dan RSC Advances.
Di sisi lain, Jessie tetap menjaga keseimbangan hidup dengan hobi dan aktivitas refreshing. Ia gemar bersepeda jarak jauh hingga 40–50 km, mendengarkan musik, mengoleksi album, dan belajar bahasa Jepang.
Hobi ini terbukti bermanfaat, karena kini ia menjalani program postdoctoral di Kyushu University, Jepang, melanjutkan risetnya di tingkat internasional.
Jessie mengakui meraih gelar doktor termuda di ITB bukan hal mudah, namun dengan disiplin dan dedikasi, ia berhasil menorehkan prestasi yang menginspirasi generasi muda.

