TERITORIAL.COM, JAKARTA – Pencapaian membanggakan baru saja disandang oleh Duiddo Imani Muhammad yang mendapat predikat wisudawan termuda di hari kelulusannya.
Ia resmi lulus dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (27/08/2025), di usianya yang masih 20 tahun.
Biasanya mahasiswa S1UGM lulus pada usia 22 tahun 6 bulan 15 hari.
Tak hanya karena usia mudanya, wisudawan yang akrab dengan sapaan OI ini mampu menyelesaikan pendidikan selama 3 tahun 7 bulan dengan IPK 3,64.
Oi merupakan lulusan dari Fakultas Hukum UGM.
Lantas, bagaimana cara Oi hingga sukses lulus S1 di usia yang lebih muda? Berikut kisah inspiratifnya!
Rencanakan Karier Sejak Bangku SMA
Oi menilai bahwa masa SMA merupakan masa yang tepat untuk merencanakan karier. Pada saat itu, ia pun sudah tahu ingin memutuskan ingin jadi apa setelah kuliah.
Ketertarikannya pada dunia hukum sudah dirasakan sejak saat itu.
Ia terinspirasi dari orang tuanya yang punya latar belakang hukum juga.
Akhirnya, Oi pun memantapkan hati untuk menjadi notaris sejak duduk di bangku SMA. Tak hanya itu, ternyata selama SMA, ia menjalani program akselerasi sehingga hanya sekolah selama dua tahun.
“Saya masuk SD di umur 5 tahun 7 bulan dan ikut akselerasi pas SMA lewat program Kelompok Belajar Cepat,” ungkapnya seperti yang dikutip dari laman UGM, Rabu (10/9/2025).
Bertekad Ingin Jadi Notaris
Tekad Oi untuk jadi seorang notaris ia buktikan lewat langkah konkret yang ia ambil. Magang di kantor notaris dan menerbitkan artikel jurnal tentang kekosongan hukum dalam praktik Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) elektronik adalah salah satunya.
Lewat artikel yang ditulisnya, Oi menyoroti masalah hukum ketika notaris yang seharusnya berhadapan langsung dengan klien kini berhadapan dengan praktik RUPS digital.
“Di undang-undangnya seperti itu. Sedangkan RUPS ini kan sudah bisa dilaksanakan secara elektronik sehingga ada tabrakan. Ada kekosongan hukum mengenai pengaturan notaris sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta tapi harus fisik,” tuturnya.
Skripsi Makin Cepat Tuntas Berkat Pengalaman Organisasi
Bukan hanya serius dalam urusan akademik, Oi juga aktif berorganisasi. Ia mengikuti organisasi kemahasiswaan di Fakultas Hukum UGM yakni DEMA Justicia.
“Saya mendapatkan pengalaman sebagai pemimpin, pengalaman sebagai mahasiswa UGM yang seharusnya merakyat, yang seharusnya humble ya. Jadi, di organisasi itu, saya semua dapat,” katanya.
Dalam skripsinya, Oi mengambil topik yang punya banyak relevansi dengan isu masyarakat, yakni perubahan status tanah Surat Ijo menjadi Hak Guna Bangunan (HGB) di Kota Surabaya.
Ia menganalisis bagaimana tanah-tanah milik Pemkot yang selama ini ditempati warga bisa dialihkan status hukumnya agar memberikan kepastian bagi masyarakat.
“Nah, jadi aku bahas apakah mungkin tanah dari Pemkot Surabaya itu bisa dialihkan menjadi tanah hak guna bangunan,” ucap Oi.
Meskipun bertemu banyak kendala dalam proses penelitian, pengalaman organisasi Oi justru menjadi modal besar.
Ia bisa menyusun strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan secara efektif.
“Jadi manajemen keputusan itu bakal ngaruh ternyata,” katanya.
Di balik semua pencapaiannya, Oi tak lupa memberi pesan kepada generasi muda. Menurutnya pada zaman serba cepat ini, anak muda penting untuk tidak mudah terbawa arus fear of missing out (FOMO).
Menurut Oi, setiap orang memiliki jalan dan waktunya masing-masing untuk sukses. Ia juga berpesan agar selalu menjaga kesehatan mental, fisik, dan pikiran.
“Terus semangat, pantang menyerah dan jangan lupa adaptif,” pungkasnya.
(*)