TERITORIAL.COM, JAKARTA – Salah satu alumni Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Insitut Teknologi Bandung, Zagy Berian, berhasil mencatat prestasi gemilang di dunia internasional.
Saat ini, Zagy berperan sebagai Penasihat Muda Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam isu Perubahan Iklim.
Posisi ini menegaskan kontribusinya bagi upaya internasional dalam menghadapi tantangan keberlanjutan dan krisis iklim.
Zagy Berian sebagai Narasumber Stadium Generale
Zagy hadir sebagai narasumber dalam Stadium Generale ITB dengan mengangkat tema green jobs sebagai peluang karier dalam mendukung visi Indonesia Emas 2025 pada Rabu (10/9).
Kehadirannya memotivasi mahasiswa ITB lainnya untuk terus mengembangkan diri agar dapat mengambil peran dalam pembangunan berkelanjutan.
“Green jobs bukan hanya tren sesaat, tapi kebutuhan nyata. Jika generasi muda mampu mempersiapkan diri, Indonesia bisa tampil sebagai pelopor pembangunan berkelanjutan di kawasan,” ujar Zagy.
Tren Perubahan Ketenagarkerjaan
Berdasarkan laporan World Economic Forum, Zagy menyebut bahwa posisi administratif tradisional semakin terkikis oleh otomatisasi dan digitalisasi.
Di sisi lain, permintaan untuk profesi baru yang berbasis teknologi dan keberlanjutan semakin meningkat.
Beberapa diantaranya adalah insinyur energi terbarukan, pakar lingkungan, dan analisis big data yang fokus pada solusi hijau.
Zagy juga menekankan bagaimana pentingnya green skills dalam memodifikasi proses, produk, maupun sistem agar ramah lingkungan.
“Skill ini adalah kunci agar kita bisa relevan di masa depan,” jelas Zagy.
Sektor yang Menawarkan Peluang
Selain itu, ia juga memaparkan lima sektor utama yang berpotensi besar untuk menciptakan lapangan hijau.
Pertama, energi terbarukan dengan keahlian seperti instalasi sistem penyimpannan energi dan pemrograman inverter.
Selain itu, ia juga menyebut sektor kehutanan yang menuntut kompetensi pemantauan berbasis GIS dan manajemen ekosistem.
Dalam sektor industri yang semakin bergantung pada IoT dan AI, ia juga menyebut teknologi yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi sekaligus menekan emisi.
Kemudian ia juga menyoroti transportasi berkelanjutan yang mengintegrasikan big data dan IoT untuk sistem cerdas, sekaligus pentingnya pengelolaan sumber daya laut dan pesisir dengan fokus pada analisis stok karbon hingga valuasi ekonomi ekosistem.
Pentingnya Kepemimpinan Hijau
Zagy juga mengingatkan bahwa kompetensi teknis harus diimbangi dengan kepemimpinan dalam keberlanjutan.
Keterampilan ini meliputi perhitungan emisi, strategi dekarbonisasi, pengembangan model bisnis ramah lingkungan, hingga komunikasi berbasis data.
“Kemampuan memimpin dalam transisi hijau akan menjadi pembeda generasi muda Indonesia di panggung global,” kata Zagy.
Zagy juga menyebut pentingnya soft skill seperti kemampuan berpikir sistemik, berinovasi, serta mengkomunikasikan gagasan ilmiah secara efektif.
Menurutnya, hal tersebut sama pentingnya dengan keterampilan teknis untuk menghadapi tantangan ke depan.